Gaya Hidup Minimalis Yang Akan Membuatmu Lebih Bahagia

Mungkin Anda pernah mendengar ada seorang investor terkenal di dunia yang bernama Warrent Buffet. Dalam sebuah tayangan di TV, orang terkaya nomor dua di dunia tersebut baru saja menyumbang lebih dari separuh kekayaannya untuk kegiatan amal.

Mungkin sudah banyak orang-orang kaya yang bermurah hati seperti Buffet ini. Namun justru yang menarik dipelajari bukan karena kemurahannya itu, melainkan adalah kesederhanaannya. Inilah hal yang juga patut diteladani!

Lahir dan tinggal di kota kecil Omaha, Nebraska. Mobilnya sedan biasa saja, bukan mobil mewah, dan disetir sendiri. Tidak ada leptop dan HP canggih di tempat kerjanya. Kesehariannya adalah menonton tv sambil makan pop corn.

Fakta menarik di luar negeri sana (Amerika dan Eropa), saat ini sedang terjadi gelombang gaya hidup alternatif, yaitu gaya hidup kebalikannya. Mereka mengistilahkannya dengan GAYA HIDUP MINIMALIS, esensial, natural, green living atau apa pun itu istilahnya. Intinya adalah gaya hidup sederhana, apa adanya, secukupnya. Mereka rupanya sudah bosan dengan kapitalisasi yang didorong oleh kebutuhan-kebutuhan semu yang tidak berdampak pada kebahagiaan, ketenangan dan kekekalan.

Banyak sekali blog atau website yang menawarkan gaya hidup seperti ini. Salah satunya yang sering saya baca adalah blog Mnmlist besutan Leo Babauta, pemilik blog Zen Habits yang punya ratusan ribu pembaca itu.

Apa itu gaya hidup minimalis?

Menurut Leo Babauta, minimalis adalah LAWAN dari : berbagai hal yang menyebabkan kewalahan, gangguan dan daftar tugas yang tidak pernah berakhir, serta budaya konsumsi yang semakin banyak dan semakin besar.

Lalu apa saran dari gaya hidup minimalis :

  • Berhenti membeli barang yang tidak perlu.
  • Singkirkan setengah barang Anda, belajar untuk puas dengan sedikit barang.
  • Kurangi setengah lagi barang Anda.
  • Buat daftar 4 hal penting dalam hidup Anda, lakukan ini dulu, dan berhenti melakukan hal yang tidak penting.
  • Hancurkan gangguan, fokuslah pada setiap momen.
  • Lepaskan kemelekatan untuk melakukan dan memiliki lebih banyak.
  • Jatuh cinta dengan lebih sedikit (LESS).

Saya suka dan kepincut dengan ide ini. Saya merasakan gaya hidup more, more, and more itu mulai menyesakkan. I need an alternative life style.

Saya termasuk orang yang menganut paham “redundant” (berlebih-lebihan), karena di industri IT harus ada plan B jika terjadi fail, sehingga harus ada backup/cadangan. Sehingga hal ini juga kadang berdampak pada kehidupan sehari-hari, misal kalau beli barang selalu dilebihkan selama bisa kebeli. Misalnya : beli barang X yang satu saja sebenarnya cukup, tapi karena barang tersebut kadang ga ada di pasaran lagi, makanya beli beberapa sekaligus. Akhirnya juga kadang ga terpakai sih. Itu masih satu barang, kalau ada beberapa jenis barang lainnya ? Untuk itu saya memutuskan mulai 2021 ini belajar HIDUP MINIMALIS.

Hidup minimalis ini masih berhubungan dengan artikel saya sebelumnya tentang Tips Merapikan Rumah Yang Berantakan. Karena ukuran besar kecilnya rumah untuk masing-masing orang tidak sama, tapi keduanya bisa dibandingkan dengan cara : rapi atau berantakan.

Rasa tidak puas tentu dimiliki oleh setiap manusia. Ingin mempunyai mobil, motor atau rumah yang mewah. Selain itu, keinginan untuk memiliki gaji yang lebih besar karena tuntutan ekonomi keluarga menjadi salah satu alasan. Ya, setiap orang pasti ingin memiliki sesuatu yang lebih dari kapasitas. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun, jika Anda ingin menghemat atau hidup sederhana, mungkin gaya hidup minimalis bisa Anda lakukan.

Tahukah Anda di dunia beberapa orang mempunyai gerakan gaya hidup minimalis. Kebiasaan membeli barang-barang baru ternyata memberikan dampak tak hanya untuk keuangan, tetapi juga dari aspek pengunaan barang tersebut. Barang – barang yang Anda beli tenyata teronggok di rumah. Rumah Anda semakin penuh dengan barang-barang yang tidak terpakai. Anda harus memilih barang yang berguna dan tidak berguna. Anda dapat membuang segera barang-barang yang tidak berguna atau menyumbangkannya kepada orang lain.

Kebiasaan membeli barang-barang baru ternyata memberikan dampak besar terhadap keuangan. Bahkan, Anda membeli barang itu secara kredit. Akhirnya, Anda tidak mampu membayar hutang-hutang kredit tersebut. Anda mungkin bisa menerapkan gaya hidup minimalis ini. Di Jepang, gaya hidup minimalis sudah diajarkan dalam ajaran Zen Budha. Gerakan minimalis ini membuat mereka percaya dengan benda yang terlalu banyak tidak akan memberikan kebahagian.

Gerakan ini membuat mereka hidup seminim mungkin. Bahkan, di negeri matahari terbit itu beberapa orang hanya memiliki apartemen yang kosong oleh benda-benda. Mereka hanya memasukan benda-benda yang lebih berguna seperti tempat tidur, bangku dan meja. Tak hanya di Jepang, beberapa orang di Amerika Serikat juga menjalani gaya hidup tersebut.

Salah satu referensi buku tentang gaya hidup minimalis adalah “The joy of less” karya Francine Jay. Konsep minimalis di buku ini bisa diterapkan dengan mudah dalam kehidupan kita di Indonesia.

Pernahkah Anda menatap semua barang yang Anda beli, warisi, atau terima di rumah, dan merasa pengap, bukannya senang?

Apakah Anda mengalami kesulitan mengatasi utang kartu kredit, bahkan tidak ingat lagi apa saja yang telah Anda beli?

Pernahkah Anda berharap ada angin kencang yang meniup semua kekacauan di rumah agar Anda bisa memulai lembaran baru?

Buku ini bisa menjadi penyelamat Anda! Seni Hidup Minimalis, buku yang berisi penjelasan dan panduan lengkap untuk menciptakan hidup yang lebih tertata dan bebas stres. Setelah membaca buku ini, kita akan tergerak untuk segera membuat perubahan yang dapat dimulai dengan langkah kecil.

Bagian pertama buku ini akan menumbuhkan pola pikir minimalis. Bagian kedua berisi metode STREAMLINE—satu dari sepuluh teknik paling efektif untuk menjaga rumah tetap rapi. Bagian ketiga mengajak Anda menggunakan langkah-langkah khusus untuk menangani setiap ruangan di rumah. Di bagian keempat, Anda akan melihat bagaimana konsep minimalis membuat kita lebih ramah lingkungan sehingga mampu melestarikan Bumi untuk generasi berikutnya.

Kata “minimalis” pastinya bukan kata yang asing di telinga kita. Hanya saja, sejauh apa sih kita benar-benar memahaminya? Apakah benar kalau hidup minimalis itu hidup yang serba irit dan mengesampingkan kebahagiaan pribadi?

Seni Hidup Minimalis, buku yang satu ini memberi banyak pandangan baru soal minimalis. Dasar-dasar pemikiran soal minimalis dipaparkan dengan sangat detail. Minimalis memang sering diidentikkan dengan segala sesuatu yang serba cukup. Tapi kadar cukup ini bisa jadi berbeda pada tiap orang.

Dengan punya sedikit barang, stres pun bisa berkurang. Bayangkan saja bila kita menumpuk banyak barang yang tak berguna di rumah, setiap kali melihatnya pasti bikin stres. Belum lagi dengan waktu yang mungkin harus kita habiskan untuk merawat, membersihkan, atau mengaturnya secara rutin. Kalau tidak punya cukup waktu untuk itu semua, akhirnya yang terjadi malah bikin hidup tambah tertekan.

“Jangan memiliki barang yang tidak kau ketahui gunanya atau tidak kau yakini keindahannya.”
– William Morris

Francine Jay, ahli penata rumah ini sudah terkenal dengan metode STREAMLINE-nya, yaitu:

  • Start over (mulai dari awal)
  • Trash, treasure, or transfer (buang, simpan, atau berikan)
  • Reason for each item (alasan setiap barang)
  • Everything in its place (semua barang pada tempatnya)
  • All surfaces clear (semua permukaan bersih)
  • Modules (ruangan)
  • Limits (batas)
  • If one comes, one goes out (satu masuk, satu keluar)
  • Narrow down (kurangi)
  • Everyday maintenance (perawatan setiap hari)

Dengan metode tersebut, kita mendapat arahan dan panduan lengkap untuk mulai hidup minimalis. Panduannya bisa langsung dicoba. Bisa dimulai dengan kembali memilih dan memilah barang mana yang sudah seharusnya dibuang, disimpan, atau diberikan saja.

Konsep Satu Masuk, Satu Keluar pun sangat mudah untuk dicoba. Jadi, setiap kali membeli barang baru, kita perlu mengeluarkan barang lama yang sejenis yang sekiranya sudah tak terpakai lagi.

Menerapkan hidup minimalis berarti melawan keinginan untuk menghadirkan tiruan dunia luar di dalam rumah kita sendiri.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari menerapkan hidup minimalis. Bukan cuma soal penghematan, tapi juga meningkatkan kualitas hidup. Tidak gampang stres lagi. Tidak ribet dan pusing dengan obsesi punya banyak barang yang belum tentu berguna.

Hidup minimalis melepaskan kita dari siklus “bekerja dan mengonsumsi”, memungkinkan kita menciptakan eksistensi yang jauh dari hiruk-pikuk toko, barang terkini, atau biaya-biaya tertentu.

Panduan untuk menata setiap jenis ruang berbeda juga dijabarkan dengan sangat detail. Kita bisa langsung mengikutinya dengan mudah. Dan ternyata nggak sulit kok untuk memulai gaya hidup minimalis.

Konsep minimalis adalah memiliki sesuatu yang benar-benar dibutuhkan, bermanfaat dan secukupnya. Sehingga barang-barang yang kita punya itu tidak memenuhi ruang penyimpanan kita yang bernama RUMAH.

Hidup minimalis bukan berarti memiliki sedikit mungkin barang, tapi mengurangi penyimpanan barang yang serupa. Filosofi ala Francine Jay: ketika satu barang masuk, satu barang keluar tentu lebih efektif kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misal, punya satu set cangkir baru, kita disarankan mengeluarkan satu set cangkir yang lama. Tapi bukan berarti kita tidak memiliki satu set cangkir. Ini lebih masuk akal diterapkan hidup minimalis di Indonesia.

Menumbuhkan pola pikir minimalis sebenarnya sama sekali tidak susah. Pertimbangkan manfaat dan nilai positif dari hidup, sampai akhirnya sadar bahwa konsep minimalis akan membuat kita lebih ramah lingkungan dengan hidup yang sederhana, tertata dan tenteram.

1. Kenali kegunaan setiap barang

Kenali kegunaan setiap barang yang kita miliki yang sudah menyita uang, tempat, tenaga dan waktu kita saat membeli, merawat dan menyimpannya.

Setelah kita kenal dan sadar betapa banyaknya barang yang kita punya, step selanjutnya adalah menggolongkan barang menjadi 3 kategori, yaitu barang fungsional, dekoratif dan emosional yang akan memudahkan kita buat ke tahap selanjutnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah penyortiran barang.

Fungsional, adalah untuk barang-barang yang digunakan sehari-hari, berpengaruh dengan keberlangsungan hidup, layak dipertahankan.

Dekoratif, adalah barang yang indah, yang kalok kita kihat bisa bikin senang. Barang ini juga layak dipertahankan dan silakan diletakan di tempat yang mudah untuk dilihat.

Emosional, adalah barang yang mempunyai rasa/kenangan.

Selain ketiga kategori tersebut, ada 2 sub kategori lain, yaitu barang milik barang lain dan barang milik orang lain.

Kenali barang-barang yang ada di rumah kita, apa fungsinya, dari mana asalnya, gimana cara dapetnya, punya siapa?

Sampai di sini kalau ada barang yang sudah tidak berfungsi, tidak indah, barang orang lain yang sudah dipasrahkan tidak berpengaruh apa-apa dan barang-barang yang sudah tidak berbentuk, jangan ragu-ragu mengambil keputusan untuk membuangnya.

Terapkan prinsip, jika barang itu membuat kita bahagia, letakkanlah di tempat yang terlihat jelas dan nikmati keberadaannya. Sebaliknya, jika mempertahankan suatu barang hanya karena merasa berkewajiban, kita harus mempertimbangkan keberadaan barang itu dengan serius.

Kita juga sering kali sulit melepas barang-barang masa lalu dan bertahan dengan barang-barang tertentu yang membuktikan prestasi atau siapa kita. Berapa banyak orang yang masih menyimpan seragam tim ektrakurikuler sekolah, jaket dengan inisial sekolah, piala, atau buku catatan masa kuliah dulu? Dalam upaya membenarkan keberadaan barang-barang ini, kita beranggapan bahwa ini adalah bukti pencapaian. Namun, justru barang-barang ini yang sering kali berada dalam suatu kotak entah di mana, tidak terlihat dan karenanya tidak bisa membuktikan apa-apa. Jika ini yang kita alami, mungkin sudah waktunya melepas barang-barang usang dari suatu masa lalu kita.

Saat menilai barang-barang dengan kritis, kita mungkin terkejut melihat betapa banyaknya barang yang mengenang masa lalu, melambangkan harapan atau masa depan, atau melambangkan sosok yang kita khayalkan. Sayangnya, memberikan terlalu banyak, ruang, waktu, dan energi untuk barang-barang tersebut membuat kita sulit menjalani hidup dan menghargai momen yang sedang berlangsung ini.

Ingatlah bahwa kenangan, mimpi, dan cita-cita tidak terbatas pada barang, melainkan ada dalam diri kita sendiri. Barang milik kita bukanlah kita. Yang menentukan siapa kita adalah tindakan, pikiran, dan mereka yang kita cintai. Dengan membuang ‘puing-puing’ waktu luang di masa lampau, upaya yang tidak pernah selesai, dan khayalan yang tidak pernah diwujudkan, kita akan mendapatkan ruang untuk kemungkinan-kemungkinan baru (dan nyata). Barang aspirasi adalah perlengkapan bagi versi diri yang kita impikan; kita harus membersihkan barang-barang ini agar punya waktu, energi, dan ruang untuk benar-benar mengaktualiskan diri kita sendiri serta meraih setiap potensi yang kita miliki.

2. Anda bukan barang anda

Memakai kosmetik mahal tidak menjadikan kita model terkenal. Menggunakan kamera canggih tidak akan menjadikannmu fotografer handal dengan serentetan penghargaan. Intinya, tidak perlu termakan gengsi dan terlalu menuruti iklan untuk membeli sesuatu.

Mempunyai atau menggunakan barang mahal sama sekali tidak salah, namun semua tetap harus diperhatikan sesuai dengan manfaat dan kondisi keuangan kita. Jangan hanya karena gengsi yang tidak jelas, menjadikan kita buronan kredit.

Hal lain yang tak kalah sulit dari melepaskan barang adalah barang masa lalu yang memiliki kenangan. Buku catatan dari masa sekolah, piala, jaket, sepatu, seragam sekolah, barang-barang yang kita anggap sebagai bukti pencapaian kita yang sebenarnya tidak semuanya harus disimpan.

Kita adalah kita, barang adalah barang. Yang menentukan siapa kita adalah tindakan, pikiran dan mereka yang kita cintai. Lepaskan, beri ruang waktu dan energi untuk diri sendiri lepas dari barang-barang yang selama ini ternyata banyak menyita diri kita.

3. Sedikit barang = sedikit stres

Kita sering penat melihat kamar dan rumah yang berantakan. Seringkali berdalih karena sibuk tak punya waktu buat beresin semuanya. Yakin sibuk banget? Coba mari kita berfikir, jangan-jangan kamu cuman males atau jangan-jangan barang kamu yang kebanyakan, hayoo???

Semakin banyak barang akan semakin banyak tenaga, uang, waktu yang kita keluarkan buat merawat, membersihkan dan menyimpan si barang. Nah semakin sedikit barang yang dipunya secara otomatis akan semakin sedikit waktu, uang dan tenaga yang dikeluarkan.

Tenaga, waktu dan uang yang kita punya bisa kita manfaatkan untuk berkreasi, menikmati waktu luang atau mungkin menjalankan hobi. Jadiii, ingat-ingat selalu ya, miliki yang perlu dimiliki saja (yang bermanfaat dan secukupnya).

4. Sedikit barang= lebih merdeka

Hampir sama dengan sedikit barang sedikit stres, bayangkan kita jalan-jalan hanya perlu membawa satu ransel saja, lebih simpel dan bebas kan? Gak perlu repot-repot bawa koper, nenteng tas dan masih gendong ransel, hah baru bayangin aja udah kerasa ribetnya.

Lagi-lagi biasakan punya barang yang perlu-perlu saja dan tentu saja secukupnya. Punya banyak barang lalu menyimpannya dalam konteiner/box saja bukanlah solusi, memang terlihat rapi tapi bayangkan saat kamu sendiri tidak ingat barang apa saja yang kamu simpan, di waktu kamu menginginkan barang tersebut yang ada hanya membongkarnya lagi hingga barang yang kamu inginkan ketemu atau mungkin tidak kamu temukan sama sekali.

Minimalis mengajarkan kita untuk memiliki ruang gerak, barang kita ada untuk melayani kita, bukan sebaliknya.

5. Lepaskan keterikatan dengan barang

Agar bisa merasakan kebahagiaan hakiki, kita harus mampu melepaskan ikatan dengan hal-hal duniawi. Untuk menumbuhkan konsep ini kita butuh latihan hingga kita sadar, bahwa barang kita sebenarnya tidak begitu penting. Gak lucu kan kalau kita meninggal dan anak cucu kita membongkar rumah kita yang mereka temui hanya sekumpulan wadah plastik, buku catetan di masa sekolah, tumpukan struk belanjaan, baju-baju pudar di lemari atau barang-barang yang mereka anggap rongsokan. Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, yok bisa yoook

Ketika tidak terikat dengan barang, kita bisa menikmati hidup, menjalin hubungan dengan orang lain, berpartisipasi dalam masyarakat, dan lebih terbuka untuk pengalaman baru.

Jadilah dermawan. Barang yang selama ini berada di rumah kita, tidak dipakai dan tidak disayang, mungkin bisa berguna dan menyenangkan hati orang lain. Ini adalah kategori untuk barang-barang dengan kondisi masih baik, tapi tak lagi bermanfaat untuk kita. Tidak perlu merasa bersalah. Biarkan barang-barang ini pergi. Berikan mereka kehidupan yang baru. Yang terpenting adalah kita harus melawan godaan untuk menahan suatu barang hanya karena kita merasa ‘sewaktu-waktu akan perlu’ – jika barang itu belum dibutuhkan sampai sekarang, kemungkinan besar kita tidak akan menggunakannya kapan pun. Kalaupun, ya, apakah kita bisa menemukannya? Apakah kondisinya masih baik? Ataukah kita justru akan pergi dan membeli barang yang baru? Jika suatu barang mudah didapat dan digantikan, biarkan barang itu dimiliki orang lain daripada disimpan hanya karena kita membayangkan suatu situasi yang tidak akan terjadi.

6. Jadilah penjaga pintu yang baik

Janganlah memiliki barang yang tidak Anda ketahui kegunaannya atau tidak Anda yakini keindahannya. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Jadilah penjaga pintu yang baik, barang yang masuk ke rumah kita hanya boleh dari 2 cara, yaitu dibeli atau diberi. Kitalah yang bertanggungjawab penuh terhadap barang-barang yang masuk ke rumah.

Sale, bonus, diskon, barang lucu, ikut teman, adalah alasan-alasan terkuat membeli suatu barang yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan dan mungkin kita sudah punya. Tapi tenang, mulai sekarang tanamkan ini ya, bahwa kita punya kuasa penuh mengendalikan barang-barang yang akan kita beli atau tidak, kita hanya perlu berhenti sebentar dan bertanya “kenapa” sebelum membeli suatu barang. Jangan terjebak dalam Middle Trap Income.

Nah untuk menjadi penjaga pintu yang lihai, kita perlu menganggap rumah sebagai tempat yang sakral bukan semata-mata sebagai tempat penyimpanan. kita punya kuasa untuk menolak setiap barang yang akan masuk ke rumah, apabila barang tersebut tidak akan menambah nilai fungsi dan keindahan dalam kehidupan kita, katakan “maaf, tidak ada tempat kosong”. Penolakan diawal akan sangat membantu kita di kemudian hari.

Rumah dan semua barangnya dapat diumpamakan seperti seember air, sedangkan membereskan rumah bagaikan membuat lubang kecil pada dasar ember itu sehingga air di dalamnya keluar perlahan, setetes demi setetes – seperti inilah yang terjadi saat kita perlahan merapikan rumah dan membuang barang-barang yang tak diinginkan. Bagus. Selama bisa konsisten dengan proses ini, jumlah barang kita pasti akan berkurang.

Tapi, jangan lupakakan satu hal, yaitu isi ember hanya akan berkurang bila tidak ada air yang ditambahkan. Setiap barang yang memasuki rumah kita seperti aliran air yang masuk ke ember. Jadi, jika kita masih terus berbelanja, membeli barang-barang baru, dan membawa pulang suvenir dari acara konferensi atau seminar, air yang menetes dari lubang di bawah ember pun tidak akan bermanfaat banyak. Isi ember ini tidak akan pernah kosong, malah justru mungkin meluber. Masalah ini bisa diselesaikan dengan satu peraturan sederhana. Ketika satu barang masuk, satu barang keluar. Setiap kali ada barang baru, barang lama yang serupa harus dikeluarkan. Untuk setiap tetes yang masuk ke ember, harus ada tetesan lain yang keluar.

Setelah itu, kita pun akan melihat jumlah barang kita akan terus berkurang selama perjalanan ini. Apa sebabnya? Kita sudah ‘menutup keran’ sehingga tetesan yang keluar dari bawah ember tadi memberikan efek yang signifikan dan memuaskan. Tentu saja, semakin banyak barang yang kita keluarkan, hasil yang dicapai pun semakin menyenangkan untuk dilihat. Pada bab berikutnya, kita akan melihat cara mengubah ‘tetesan air’ tersebut menjadi ‘aliran’.

7. Nikmati ruang

Dibutuhkan ruang dan kekosongan untuk mengapresiasi keindahan. Karena tanpa ruang, yang ada hanya kekacauan dan kegaduhan. Masalahnya kita lebih menghargai barang dari pada ruang, kita lebih sering mengisi dan terus mengisi hingga tidak ada lagi ruang yang tersisa. Tapi tenang, meskipun ruang mudah menghilang, tapi mudah juga didapatkan kembali.

Tidak percaya? Coba saja buang satu persatu barang yang ada memenuhi ruang tersebut. Wadah penyimpanan hanya akan berguna saat mereka kosong, tiap kali mau bawa pulang barang kudu diinget punya tempat gak dirumah? nahh jadii sekarang punya pertimbangan baru tiap kali mau bawa pulang barang ya.

8. Menyukai tanpa memiliki

Tidak semua harus kita hadirkan atau miliki di rumah. Menyukai tanpa memiliki (menahan diri) sampai akhirnya melihatnya saja sudah membuat kita merasa senang. Kalau bisa disewa, sewa saja, tanpa harus membeli. Itu jauh lebih hemat dan menyenangkan. Atau kalau bisa pinjam teman atau saudara, ya pinjam saja

Hal-hal yang masih bisa dilakukan dengan fasilitas umum seperti home tearter, kolam renang, taman, museum, kedai kopi, sama sekali tidak perlu kita hadirkan ke rumah kita (ingat, rumah kita adalah tempat yang sakral). Nikmati kehidupan sosial di sekitar dan nikmati pengalaman yang lebih segar langsung dan bernilai.

Menemukan cara untuk ‘mencintai tanpa memiliki’ sesuatu adalah salah satu kunci bagi kehidupan minimalis. Menerapkan hidup minimalis berarti melawan keinginan untuk menghadirkan tiruan dunia luar di dalam rumah kita sendiri. Kita tetap bisa menikmati semua kegiatan yang sama tanpa harus menyimpan dan merawat barang-barang itu.

9. Bahagia dengan cukup

Orang yang merasa cukup dengan apa yang ia miliki adalah orang yang kaya, kata Lao Tzu, filsuf China. Tapi, cukup adalah konsep yang tidak mudah. Cukup bagi satu orang belum tentu sama untuk orang lain. sekali lagi, tidak mudah bukan berarti tidak bisa, pelan-pelan, kita mulai dari memaknai kata cukup. Menurut kamus, cukup berarti dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan, tidak kurang.

Di sinilah masalahanya ketika ada kebutuhan dan keinginan, meskipun kebutuhan telah terpenuhi, kita tetap memiliki keinginan. Namun, untuk menikmati rasa cukup, mari kita fokuskan perhatian kita pada kebutuhan.

Menumbuhkan sikap penuh rasa syukur sangat berguna dalam cara hidup minimalis (dalam hidup pun). Melihat hidup kita tidak kekurangan dan menghargai yang sudah kita miliki, kita tidak akan menginginkan apa-apa lagi dan akan lebih terfokus dengan apa yang sudah ada.

Tidak perlu membandingkan hidup dengan si kaya atau tetangga kanan kiri, terkadang kita memang perlu melihat kebawah dan keatas untuk menyadari bahwa sebenarnya, cukup adalah lebih dari cukup.

Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah

Jangan korbankan waktu, tenaga dan pikiran demi mencari uang untuk menumpuk kekayaan. Karena belum tentu UMURMU sepanjang HARTAMU. Singkirkan segala aktivitas mencari uang selama beberapa menit sehingga tersedia waktu khusus untuk mendekat pada sang Pencipta, kemana kita semua akan pergi setelah kematian.

Rasa bersyukur harus diterapkan dalam kehidupan Anda. Jangan membeli benda atas dasar status kekayaan atau rasa gengsi. Anda membeli benda atas dasar kemampuan dan kegunaan. Ini karena, sifat dasar manusia yang tidak puas akan membuat Anda membeli benda-benda yang tidak berguna. Pastikan benda itu berguna untuk Anda!!!

10. Hidup sederhana

Mahatma Gandhi pernah berkata “hiduplah dengan sederhana agar orang lain dapat hidup“. Kalau saja kita mengerti bagaimana gaya hidup kita berdampak pada banyak hal lain, mungkin kita semua akan bersedia hidup lebih hemat.

Sederhanakan diri, membeli sedikit barang adalah prinsip utama hidup minimalis. Membatasi barang yang kita beli dan berfokus hanya pada hal-hal yang esensial saja dalah cara terbaik untuk meminimalisir dampak konsumsi kita.

Setidaknya sebagai individu kita sudah berkontribusi menahan laju penurunan sumber daya, tidak menambah beban manusia lain dan mengurangi limbah.

Mulai sekarang mari kita buat keputusan membeli berdasarkan kebutuhan dan siklus hidup produk yang kita punya, bukan hanya karna penampilan, warna produk atau termakan iklan.

Nah yang berikutnya ini adalah tambahan dari saya ….

11. Lakukan Inventaris dan Organisir Barang

Jika Anda ingin membuat sesuatu, jangan buru-buru beli. Anda bisa coba mencari-cari barang apa yang telah Anda miliki. Tentu hal ini akan lebih mudah jika Anda memiliki daftar inventaris barang dan diorganisir (dikelompokkan) tempatnya agar mudah ditemukan, sehingga ketika butuh langsung dengan cepat ditemukan. Contohnya Anda ingin membuat kue dan Anda membutuhkan mixer. Daripada harus beli mixer baru, coba dicari-cari apakah Anda pernah membeli mixer sebelumnya? Masak bikin kue yang jarang-jarang harus beli mixer baru ? mending uangnya disimpan di reksadana.

Dalam dunia elektronika, hal ini sangat cocok sekali. Misal Anda punya barang elektronik yang rusak, jangan buru-buru dibuang. Anda bisa ambil komponen-komponen yang masih bisa didaur ulang untuk menggantikan komponen di alat lain yang rusak. Tentu saja Anda bisa mengambil pola ini untuk diterapkan pada situasi Anda sendiri.

12. Terapkan Need dan Wants

Anda harus mengetahui needs (kebutuhan) dan wants (keinginan). Kebutuhan merupakan sifat yang mendasar atau harus terpenuhi seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian. Keinginan merupakan  tidak mendasar dan bisa ditunda seperti baju baru, mobil mewah atau rumah mewah.

Dua belas tips di atas bisa langsung Anda terapkan sekarang juga. Jangan menunda lagi.

Dibandingkan hidup minimalis ala Konmari dan Fumiko Sasaki, hidup minimalis ala Francine Jay ini lebih cocok bagi orang-orang di Indonesia. Hidup minimalis ala Komari lebih menitikberatkan pada membereskan barang-barang yang kita miliki. Hidup minimalis ala Fumiko Sasaki rada ekstrim sih, dan rasanya sulit diterapkan kita yang tinggal di Indonesia. Fumio Sasaki hanya memiliki beberapa potong baju, celana dan kaos kaki. Fumio Sasaki mengajarkan untuk  menghindari gaya hidup konsumerisme, memanfaatkan ruang secara maksimal, biasakan buang barang yang tidak dipakai (untuk dijual lagi, dibuang ke tempat sampah atau disumbangkan), kurangi barang-barang kembar (lebih dari satu), kenali barang-barang yang jelas-jelas sampah (seperti koran, box-box bekas pembelian produk), belajar untuk tidak menyesal ketika membuang barang,

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

YouTube video

 

 

4129 Total Views 1 Views Today

One thought on “Gaya Hidup Minimalis Yang Akan Membuatmu Lebih Bahagia

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: