Anak usia dini adalah periode emas (golden period) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan dan pembentukan karakter.
Berdasarkan penelitian, sekitar 50% dari kemampuan dan kecerdasan dewasa telah terjadi ketika berusia 4 tahun. 30% berikutnya terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai puncak ketika anak itu sekitar 18 tahun. Hal Ini berarti bahwa perkembangan telah terjadi dalam 4 tahun pertama kehidupan manusia.
Periode emas ini adalah periode kritis bagi anak-anak, dimana pertumbuhan yang diperoleh dalam periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga dewasa.
Karena periode emas ini hanya datang sekali, maka dari itu harus dimanfaatkan secara optimal dan maksimal.
Jauh lebih mudah untuk membentuk seorang anak daripada memperbaiki perilaku orang dewasa.
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu anak Anda mengembangkan intelektual, dan membuat dia tumbuh cerdas:
10 Tips membuat anak cerdas
1. BANYAKLAH BERPERAN DALAM DUNIANYA
Ini adalah zaman keemasan eksplorasi untuk anak Anda. Peran Anda pada tahap ini adalah untuk menjadi peserta atau pengamat, penyedia mainan, dan penyedia pujian untuk kinerja baik yang ditunjukkan anak Anda.
2. PERHATIKAN PERKEMBANGANNYA
Bermain dengan anak Anda memperkuat hubungan, baik jiwa maupun raga. Sel-sel otak bayi terus bertambah banyak ketika mereka berjalan, memanjat, menyentuh, merasakan, memanipulasi, melempar dan melakukan percobaan dengan benda-benda bersama Anda atau siapapun yang menyayanginya.
3. BERILAH TANTANGAN
Ajarkan anak Anda untuk berusaha lebih keras, seperti membuat pendakian yang sulit, berjalan jauh, atau mencoba perosotan atau ayunan di taman bermain. Kegiatan-kegiatan yang menantang seperti ini membangun semangat anak Anda dan memperkuat rasa percaya dirinya. Di masa depan, ia akan tahu bagaimana untuk memiliki keberanian untuk membaca buku yang lebih sulit, tampil di depan orang, dan meraih prestasi.
4. BERIKANLAH KEAMANAN
Anak Anda ingin menjelajahi dunia, sebagaimana ia bergerak dengan cepat dan menghilang dari pandangan. Sehingga, sangat penting bagi Anda untuk menyediakan rumah yang aman bagi anak-anak. Anda atau orang lain harus selalu memperhatikan balita Anda dan membatasi kemungkinan dia mendapatkan masalah. Misalnya dengan listrik, sebaiknya Anda memasang RCBO (alat anti kesetrum dan kebakaran).
5. BERILAH PUJIAN DENGAN TEPAT
Berilah pujian setiap kali Balita anda meraih hal yang baru. Hal ini membantu mengembangkan kecerdasan bawaan balita dan kemampuan mereka. Anak-anak yang dipuji karena upaya mereka di awal kehidupan cenderung bekerja lebih keras dan tidak mudah menyerah. Oya, pujiannya dengan tepat ya, bukan mengada-ada. Anak akan tahu mana pujian yang mengada-ada dan mana yang benar-benar pujian.
6. BERMAINLAH DENGANNYA
Bermain game dengan balita Anda dan terlibatlah dalam kegiatan yang menyenangkan bersamanya. Anak-anak yang mengingat pengalaman menyenangkan akan membawa serta komponen emosi hingga dewasa. Balita Anda belajar lebih baik ketika dia bermain dengan Anda.
7. KETAHUI ILMU TENTANG OTAK (NEUROSCIENCE)
Otak anak Anda tumbuh seperti spons selama tiga tahun pertama hidupnya. Selama periode kritis ini jalur saraf tipis tumbuh di dalam otak. Jalur-jalur ini laksana kabel yang menghubungkan dan membawa impuls listrik dari sel otak satu ke sel otak lainnya. Jaringan yang dihasilkan, yang tumbuh setiap hari di otak muda, membentuk dasar neurologis dari keterampilan yang akan digunakan anak Anda untuk sisa hidupnya. Pengalaman setelah lahir, dalam hubungannya dengan gen anak Anda, menentukan kualitas kabel di masa dewasa. Koneksi yang ada menantikan pengalaman baru yang membentuk jaringan saraf untuk bahasa, penalaran, pemecahan masalah, dan nilai-nilai moral. Pengalaman baru membangun dan menciptakan pola-pola baru serta jaringan untuk belajar lebih banyak. Koneksi yang digunakan berulang kali akan menjadi permanen. Sedangkan koneksi yang tidak digunakan akan dibuang.
8. LEJITKAN PERKEMBANGAN OTAKNYA
Anda dapat membantu anak Anda melejitkan pengembangan otaknya dengan terlibat dalam permainan dan kegiatan yang menyenangkan bersamanya. Segala sesuatu yang Anda lakukan dengan anak Anda – bermain, berbicara, makan, berjalan, membaca, dan memeluk, akan membantu melejitkan otaknya. Bila Anda menggunakan imajinasi Anda dengan dia, misalnya, Anda membantu otak untuk membuat “jalur imajinasi” sendiri.
9. BERIKANLAH DIRI ANDA, BUKAN GADGET
Anak-anak mengingat pengalaman yang memiliki komponen emosional. Lembut, penuh kasih yang menyenangkan dikombinasikan dengan bahasa responsif dari Anda menciptakan suasana belajar untuk tumbuh subur. Itulah mengapa, sangat penting bagi Anda untuk membuat ikatan dengan anak Anda dalam kegiatan tersebut. Lakukan hal bersama-sama demi meningkatkan pembelajarannya. Dengan memberikan diri Anda secara penuh akan lebih bermanfaat daripada membiarkan anak bermain sendiri dengan mainan berteknologi tinggi seperti smartphone, tablet, video game, dan tv.
10. BELAJARLAH DARI ORANG TUA LAIN
Mengobrollah dengan tetangga dan saudara untuk mengetahui bagaimana cara mereka mendidik anak-anak. Jika memungkinkan, bergabunglah dengan komunitas “Parenting” untuk mendapatkan inspirasi yang lebih luas lagi. Dengan berkomunitas, anda mendapatkan ide-ide dan inspirasi dari orang tua lain. Jangan ragu untuk membuat variasi pada permainan yang Anda dapatkan. Misalnya, “Perjalanan ke Taman” bisa menjadi “Perjalanan ke Pantai”, atau “Perjalanan ke Hutan”. Pastikan bahwa Anda bermain dengan anak Anda dalam lingkungan yang aman dengan menggunakan bahan yang aman.
10 Tips di atas bisa Anda praktekkan mulai sekarang jika Anda memiliki anak-anak Balita. Lalu bagaimana jika anak-anak Anda ada yang sudah di atas 5 tahun ? Mari teruskan membaca artikel menarik ini….
Pendidikan dari RUMAH : Mendidik anak sesuai kodrat seksualitas
Pendidikan dasar sesungguhnya berawal dari rumah. Didiklah anak sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Ada 4 hal yang harus diperhatikan : seks, belajar, bakat dan agama. Jika ada proses yang terlewat karena kurang dikawal lebih ketat / belum tuntas, maka akan sangat sulit untuk mengulanginya dari awal.
Mendidik anak sesuai kodrat seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti jenis kelaminnya. Jika anak perempuan, maka bangkitkan kodrat seksualnya sebagai perempuan. Jika anak laki-laki, maka bangkitkan kodrat seksualitasnya sebagai laki-laki.
Bagaimana caranya ???
Ada beberapa tahap yang harus kita kawal di tiap fasenya :
Usia 0 – 2 tahun
Pada usia ini anak harus lebih dekat dengan ibunya. Susui anak sampai usia 2 tahun. Menyusui ya, bukan memberi ASI. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa sambil bermain handphone.
Usia 3 – 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya. Dekat dengan ibu, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama, misal bermain dan berjalan-jalan bersama kedua orang tuanya.
Usia 7 – 10 tahun
Pada usia ini, dekatkan anak sesuai jenis kelaminnya. Jika anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya. Ajak anak beraktivitas yang menonjolkkan sisi kelaki-lakian. Contohnya : cuci motor bareng, cuci mobil, membetulkan peralatan yang rusak, membetulkan rumah dll.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan ibunya. Libatkan anak dalam aktivitas yang menonjolkan sisi kewanitaan. Misal : masak di dapur, bersih-bersih rumah, menjahit, membuat rajutan dll.
Usia 11 – 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre akil balik akhir, dan pada usia ini mulailah terjadi pertukaran kedekatan lintas gender. Jika anak laki-laki, maka dekatkan pada ibunya. Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya. Ini berarti antara kelas 5 SD hingga 2 SMP.
Ada sebuah riset yg menyebutkan bahwa jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini, maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain. Jika tidak dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Tetapi jika dekat dengan ayahnya, saat ada laki-laki yg memuji kecantikannya, kemungkinan besar anak perempuan tidak gampang silau karena ada ayahnya yang lebih sering memujinya. Kalau ada laki-laki yg memberikan hadiah, anak tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yg lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberinya hadiah.
Pada fase ini, jika anak perempuan harus dekat dg ayahnya, maka sebaliknya anak laki-laki harus dekat dengan ibunya. Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yang kasar, playboy dan tidak mau memahami perasaan perempuan.
Lalu bagaimana jika orang tuanya bercerai atau berada jauh (misal karena orang tuanya bekerja di laut atau di luar negeri, pulangnya 1 bulan sekali atau 6 bulan sekali) ?
Maka hadirkan sosok lain sesuai jenis kelamin yg dibutuhkan. Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, Pak Dhe atau Paman. Jika tak ada ibu, maka hadirkan sosok ibu melalui nenek, Bu Dhe dan bibinya.
Usia > 15 tahun
Fase berikutnya setelah 14 tahun bagaimana? Sudah tuntas! Karena sudah akil balik, sudah bukan anak-anak lagi tapi sudah jadi orang dewasa. Anak tidak lagi diperlakukan sebagai anak kecil lagi, tapi sebagai orang dewasa yang sepadan dengan kita.
Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karna kita hanya punya waktu 14 tahun saja.
Nah, setelah memahami tahapan perkembangan di atas, ada lagi nih teori tentang 7 tahun pengasuhan anak. Yuk kita baca lebih detail lagi…
Teori 7 Tahun Pengasuhan Anak
Mendidik, membina, membiasakan dan membimbing anak secara optimal adalah tugas dan tanggung jawab kita para orang tua.
Ada 3 pengelompokan dalam memperlakukan anak yang disesuaikan dengan usia:
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat
ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)
Yang dimaksud di sini, bukan berarti kita menuruti semua keinginan anak, melainkan memberikan perhatian penuh kepada anak, karena di usia inilah mereka mengalami masa emas. Saat maksimal pembentukan sel otak 70%, dan kemampuan anak menyerap informasi masih sangat kuat. Jangan serahkan sepenuhnya pada pengasuh, jangan sepenuhnya pada nenek-kakeknya. Rawatlah mereka dengan tangan kita. Perhatian kecil yang sederhana tapi tulus dari lubuk hati.
Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya :
- Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita, bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita, maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.
- Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai pungung kita saat kita kelelahan atau sakit.
- Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
Maka intinya adalah pada tahap ini anak belajar dari sikap kita kepadanya. Jika kita lembut kepadanya, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang lembut. Lembut disini bukan berarti kita memanjakan, tapi kita tetap tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya. Otoritas itu tetap ada pada orang tua.
Jangan jadikan mereka raja sewenang-wenang, tapi raja yang bijaksana
Anak 0-7 harus tahu apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak. Kapan boleh melakukannya, kapan tidak bolehnya. Kalimat-kalimat sopan harus diajarkan sejak dini, pakaian rapi dan pada tempatnya juga harus mereka ketahui. Mereka harus belajar membuat keputusan, dari hal-hal ringan dan makin lama semakin besar. Mereka harus bisa mengatur diri sendiri dulu, baru bisa kelak mengatur bangsa. Mereka harus diperlakukan seakan mereka calon raja.
Fokus pada fondasi pertama fase ‘usia raja’ ini, maka bangunan indah dan megah tinggal diatur di atasnya dan jauh lebih mudah tersusun rapi. Mereka perlu pengasuh dan pendidik terpilih yang fokus hanya pada pekerjaannya mengasuh calon-calon ratu dan raja, bukan part-timer yang menyambi-nyambi pekerjaan mulia ini dengan pekerjaan lainnya.
Yang masih mau memainkan peran ‘dayang-dayang’ untuk ‘raja-raja’ kecil ini, silakan saja!!! Saya hanya tidak terbayang bagaimana seseorang, jika di 7 tahun pertamanya permintaannya selalu dipenuhi, pelayanan selalu diberi, tidak pernah dilarang, lalu di 7 tahun kedua bisa diperlakukan seperti ‘tawanan perang’. Apa diharapkan mereka lantas bisa patuh dan didisiplinkan dengan mudah?
ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)
Inilah dimana saatnya anak mengetahui hak dan kewajibannya. Pada tahap ini anak juga mulai menerapkan kedisiplinan sehari-hari dengan system reward dan punishment. Hal ini penting dilakukan di tahap ini karena anak sudah mulai mengerti arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang suatu hal.
Oleh karena itu, para orang tua harus bisa mendidik anak dengan keteladanan serta menekankan mana yang baik dan mana yang salah serta memberi manfaat maupun mudharat dari setiap perbuatan yang dilakukan, memperlakukan anak seperti tawanan perang. Hal ini dilakukan untuk menekan pemahaman yang salah mengenai sesuatu.
Teori Jean Piaget sebagai lanjutan dari tahap sensorimotor dan pra operasional, yaitu tahap operasional konkrit (7 -14 tahun). Pada tahap ini, Jean Piaget mengungkapkan bahwa anak pada usia tersebut memiliki ciri-ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Bahkan banyak teori lain yang mengatakan bahwa pada tahap ini seorang anak akan mengalami perkembangan fungsi wilayah seksnya serta keingintahuan mereka terhadap seks, kemampuan berfikir abstrak, emosi yang tidak stabil dll. Dengan demikian, para orang tua harus selalu memperhatikan dan mengawasi mereka dalam berteman dengan sebayanya, maupun bergaul dengan masyarakat sekitar.
ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua, kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik.
1. Seringlah berbicara dari hati ke hati
Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa. Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya.
Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini apapun yang ia perbuat pasti ada konsekuensinya, termasuk jika ia berbuat dosa.
2. Memberi ruang lebih
Setelah memasuki usia akil baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Controlling atau pengawasan tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdoa untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
3. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat dan membekali anak dengan keahlian hidup
Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti : memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri.
4. Menjadi Sahabat
Dengan menjadikannya seperti sahabat, anak akan merasa nyaman berbagi tentang hal apapun, ia tidak akan merasa takut akan dihakimi tentang permasalahannya karena ia memiliki tempat terbaik untuk berdiskusi dalam segala hal. Tentunya kita tidak ingin anak justru salah mendapatkan pengertian tentang hal-hal tertentu bukan?
Di usia ini, anak bergulat dengan pencarian jati diri. Ia mengalami banyak peristiwa emosional dan sensitif dengan tubuhnya sendiri. Ajak anak untuk sering berbagi cerita, curhat, dan ajak pula teman-temannya untuk akrab dengan kita. Dengan begitu kita bisa mengontrol anak tanpa harus mengekang. Dan jiwa jati diri anak akan terbentuk dengan baik karena adanya kepercayaan dari orang tua.
Wow, ternyata menarik sekali bukan ? Anda bisa langsung praktekkan sekarang juga….
Dan berikut ini adalah KALIMAT-KALIMAT yang harus Anda sering katakan pada Anak Anda agar membentuk mentalitas yang baik.
Kekuatan Kalimat Positif
Oleh Ayah Edy
Suatu ketika Jodie Foster menerima piala oscar sebagai aktris terbaik dalam film layar lebar yang dibintanginya. Pada saat di atas panggung ia mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah mendukungnya hingga mendapatkan piala oscar ini.
Yang menarik adalah pada urutan pertama ucapan terima kasihnya ia tujukan kepada ibundanya dengan ucapan kira-kira seperti ini :
“Saya ingin mengucapkan terima kasih saya yang tiada terhingga pada ibu saya yang sewaktu saya masih kecil selalu mengatakan pada saya bahwa semua lukisan tangan saya setara dengan karya Picaso. Dan pada saat saya sedang dalam keadaan sulit, ia akan selalu bilang : ‘Jodie sayang, kamu pasti akan bisa mengatasinya. Tidak ada yang perlu kamu kuatirkan’. Dan kata-kata inilah yang selalu terngiang di benak saya, hingga pada akhirnya saya yakin dan mampu untuk bisa menjadi seorang seniman sehebat picaso”
Tapi apa yang terjadi jika seandainya yang diucapkan ibundanya adalah seperti ini :
“Hei Jodie, jangan pernah kau ganggu lagi pekerjaan ibu lagi dengan lukisan-lukisan buruk ini !!! Sudahlah Jodie, kamu tidak akan pernah mampu menjadi seorang seniman!!! Ayo cepat sana, selesaikan PR kamu sebelum ibu berubah pikiran!!!”.
Kalimat-kalimat negatif seperti ini akan meninggalkan kesan dan luka yang lama pada diri seorang anak. Bisa jadi malah kalimat tersebut akan terbawa dalam benaknya sepanjang masa dan menjadi MENTAL BLOK. Jika sudah menjadi mental blok, maka ini harus diatasi oleh seorang hipnoterapis, psikiatri ataupun konselor.
Dalam beberapa kasus ditemui bahkan pengaruh kata-kata lebih menghancurkan hidup seseorang daripada kekerasan fisik. Kata-kata yang kita ucapkan pada anak-anak kita membawa pengaruh besar bagi kehidupannya kelak. Karena tiap kata atau kalimat yang kita sampaikan akan membawa pesan tersirat tentang dirinya. Berhubungan dengan kemampuan dan ketidakmampuannya. Begitu si anak menyimpan pesan itu ke dalam batinnya, maka pesan itu lama kelamaan akan menjadi suatu keyakinan dan pembenaran atas setiap kegagalan demi kegagalan yang dialaminya. Bahkan seringkali kata negatif yang telah terserap dalam alam bawah sadar seseorang tetap bekerja meskipun ia tidak menyadarinya.
Ada sebuah penelitian yang ingin mengetahui pengaruh kekuatan kalimat positif. Diwawancarailah 2 kelompok, yakni orang-orang sukses dan orang-orang yg di penjara. Ternyata ada perbedaan besar sekali mengenai kata-kata apa yang dulu sering mereka dengar dari orang tua mereka.
Inilah kata-kata yang dulu sering didengar oleh sebagian besar kelompok orang-orang yang di penjara :
“Kamu memang anak sialan!!! biar saja nanti kamu kelak hidupmu akan berakhir di penjara!!!”
Sementara itu inilah kata-kata yang dulu sering didengar oleh kelompok orang-orang yang sukses. Mereka selalu mendapatkan 2 jenis kalimat positif, yang pertama adalah kalimat penghargaan.
“Hei lihat, betapa bagusnya kamu melakukan itu sayang”
“Hei, kok bagus sayang lukisannya? lanjutkan sayang… Anak hebat!”
Yang kedua adalah kalimat penguatan :
“Mama yakin kamu pasti mampu mengatasinya. Tidak ada yang perlu dikuatirkan sayang”
Sungguh betapa dahsyatnya efek dari kalimat negatif bagi masa depan seorang anak.
Namun berita baiknya adalah ternyata pengaruh kalimat-kalimat negatif tersebut masih bisa dihapuskan melalui kalimat-kalimat positif. Apalagi jika yang mengucapkannya adalah orang tua atau gurunya sendiri. Jadi segeralah ganti kalimat-kalimat anda yang selama ini bernuansa negatif dengan kalimat-kalimat positif.
Berikut ini ada beberapa contoh kalimat negatif yang mungkin sering kita dengar dari para guru dan orang tua :
1. “Aduhhhhhhh, kamu ini kok susah amat ya diajarinya….”
Coba ganti dengan :
“Hei, bu guru yakin bahwa sebenarnya kamu mampu lho mengerjakannya. Kamu hanya perlu waktu saja kok. Ayo, kita coba lagi yukkk…”
2. “Kamu kok sepertinya ga pernah dapat nilai bagus sihhhh???!!!”
Coba ganti dengan yang berikut ini :
“Hei, bu guru yakin kalau kamu mau pasti kamu bisa menjadikan nilai kamu lebih baik dari yang sekarang kamu peroleh. Bu guru tahu betul kok kemampuan anak ibu yang satu ini”
3. “Gitu aja kok ga bisa!!!”
Coba ganti dengan yang berikut ini :
“Yuk kita coba lagi yuk… Kamu sudah hampir bisa lho…. tinggal sedikit lagi aja”
4. “Kamu memang anak yang suka bikin malu”
Coba ganti dengan yang berikut ini :
“Sayang…. jangan kuatir. Setiap orang pasti pernah berbuat salah. Mama yakin kamu pasti bisa berubah. Karena sejak kecil kamu memang anak mama yang selalu berperilaku baik lho….”
5. “Dasar anak pemalas!!!”
Coba ganti dengan yang berikut ini :
“Hei, kamu tahu ngga… aslinya itu dulu waktu kamu kecil rajiinnn sekaliii… Jadi mama yakin yang sekarang ini bukan kamu yang sesungguhnya. Yuk kita bereskan tempat tidur yukkk….”
Ingatlah selalu kalimat apa yang kita gunakan, maka itulah kira-kira masa depan anak kita kelak. Dan demi masa depan anak-anak kita yang lebih baik, mari mulai hari ini juga kita biasakan untuk selalu mengucapkan kalimat-kalimat positif pada mereka setiap hari.
Kita kuatir anak akan jadi apa di kemudian hari, tetapi kadang kita lupa bahwa MEREKA JUGA SESEORANG HARI INI ~ Stacia Jauscher
Cara kita berbicara pada anak kita menjadi kata hati mereka
“Kamu pasti bisa!”
“Kamu yang terbaik!”
“Kamu adalah bintang!”
“Jagoan papa!”
“Kerjaan yang bagus dan mengagumkan!”
Hindari kata-kata ini :
“Idiot! Bodoh!”
“Diam!!!”
“Pergi!!!”
“Kamu berantakan!”
“Berhenti mengganggu papa!!!”
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan harga diri anak adalah dengan mendengarkannya dengan kepeduliaan. Dan ketika anak memutuskan untuk berbicara padamu dan berbagi masalahnya, BERHENTILAH MELAKUKAN HAL APAPUN dan mulai mendengarkannya dengan serius. Tidak ada hal penting selain hal itu.
Jika anak meminta untuk dipeluk di saat Anda sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau Anda sedang mengerjakan orderan di rumah, jangan berkata “nanti!”. Pekerjaan rumah bisa ditunda. Sebuah pelukan hanya membutuhkan beberapa menit saja kok, tetapi seorang anak akan terus mengingat hal itu selamanya. Karena anak membutuhkan pelukan lebih dari apapun.
Terlalu banyak cinta tidak akan pernah memanjakan anak. Anak menjadi manja ketika kita mengganti kehadiran kita dengan sebuah barang/hadiah.
Menjadi orang tua yang baik tidak berarti memberikan anakmu sebuah kehidupan yang sempurna. Ajarkan anak untuk membuat kehidupan yang baik dan bahagia di tengah dunia yang tidak sempurna.
Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Orang tua mana yang tak ingin anaknya punya rasa percaya diri ? setiap orang tua pasti mampu membesarkan anaknya agar punya rasa percaya diri, asal mau melakukan hal-hal berikut secara benar dan konsisten :
1. Pujilah setiap usaha kecil yang dilakukannya meskipun terlihat sangat sepele.
Misalnya :
Saat anak berhasil mewarnai gambar, meskipun mungkin warnanya tampak tidak beraturan
Saat anak berusaha makan sendiri, meskipun sendoknya sering mampir ke pipi dan makanannya tercecer kemana-mana
2. Senyumlah jika ia gagal melakukan sesuatu
Jika ia gagal melakukan sesuatu, senyumlah, dan katakan : “Ayo coba lagi nak, kamu pasti bisa, papa yakin kok!”
Atau ketika nilainya naik satu poin misalnya, ucapkan pada dia : “Wah hebat anak papa, nilai matematikanya sekarang 6 lho.. benarkan ketika kamu berusaha kamu bisa lho sayang”. Jika ini yang Anda lakukan, bulan depan ia akan berusaha naikkan lagi 1 poin.
3. Jika ada orang yang mencela anak kita
Segeralah bisikkan kepadanya jika ada yang mencelanya : “Heh nak, jangan percaya sama omongan orang itu ya sayang, percayanya pada mama saja.. Kamu itu sebenarnya anak hebat!”
4. Jika ia sedang bercerita atau menjelaskan sesuatu, segera tanggapi dengan antusias
Misalnya katakan : “Oh begitu ya, lho kok bisa begitu ya nak ya.. wah hebat sekali”.
Perhatikan, ketika Anda antusias dalam menanggapinya, mata anak kita akan terlihat berbinar-binar penuh percaya diri
5. Lebih banyaklah bertanya dan mendengarkannya daripada mengajari dan menasihati
Misalnya ketika anak keliru urutan angka, tanggapi : “Eh sayang, tadi habis angka 5 berapa ya? 6 atau 8 ya? mama kok lupa ya….Yuk kita ulangi lagi yuk…”
Lakukan semua hal di atas secara BENAR dan KONSISTEN. Sudah melakukan saja belum bisa dikatakan SUDAH KONSISTEN. Anda harus melakukannya berulang-ulang.
Tapi jangan lupa pada saat kita sedang berusaha membuat anak percaya diri apakah kita orang tuanya sudah percaya diri di depan umum. Anak yang kurang percaya diri seringkali orang tuanya juga tidak percaya diri.. inilah rusa kurang percaya diri yang menular. Anak adalah seperti cermin pemantul.. ia akan melakukan apa saja yang orang tuanya lakukan.
Nah berikut ini adalah hal yang harus kita renungkan….
13 permintaan anak yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan
1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.😡
3. Jangan bandingkan aku dengan Kakak atau adikku atau orang lain.👐
4. Papa Mama jangan lupa, aku adalah fotokopi-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.🙇
6. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.🏃
7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.🙈
8. Aku adalah hadiah dari Tuhan yang dititipkan bagimu.🎁
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk. Bukankah apa yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?😔
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan “JANGAN”, tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan hal tersebut.😇
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mental dan otakku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.😡
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku yang kena imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi dan cintai, karena engkaulah yang ada di kehidupanku dan masa depanku.
“SEMOGA BERMANFAAT, BAGI PARA ORANG TUA”
Medical Doctor, WordPress Fan & Radio Broadcasting. Founder KLIKHOST.COM
Isi bagus untuk modal mendidik anak sejak dini. Tuhan memberkati segala yg telah dibagikan. Terus berkarya bagi banyak orang dan untuk Kemulyaan Tuhan. 👍🏻🙏🏻😍
Terima kasih bu Restu. Tuhan memberkati.