Memberi Dengan Tanpa Pamrih

Ada seseorang yang sering menawarkan untuk memberikan pulsa ke orang-orang yang kelihatan kekurangan. Suatu ketika, ia memberikan handphone dan uang ke salah satu orang, lalu ia kecewa karena yang diberi itu tidak mau lagi menghubunginya seperti saat sebelum diberi. Dan sayangnya kekecewaan itu ia ceritakan ke temannya yang adalah seorang “pusat siaran radio”. “Pusat siaran radio” di sini maksudnya adalah orang yang suka menyebarkan semua informasi yang ia terima.

Wajar dan lumrah ketika kita menolong seseorang, dan ketika seseorang itu tidak melakukan yang kita harapkan maka kita jadi kecewa. Ya, ini karena kita masih PAMRIH. Pamrih adalah maksud yang tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi

Saya dulu juga pernah kecewa dengan seorang anak yang sudah saya bantu biaya sekolahnya, tapi ternyata ia tidak mau membantu saya. Jujur saya kecewa dan menyesal karena telah terlalu gampang memberikan bantuan pada orang yang salah. Namun, setelah merenungkannya lebih jauh, saya tersadar bahwa saya menolong dengan memiliki suatu pamrih.

Kita semestinya memiliki kesadaran semacam itu. Segala sesuatu yang kita pikirkan bagaikan buku yang terbuka di hadapan-Nya. Segala motivasi yang tersembunyi tidak akan lolos dari pandangan-Nya. Tuhan memakai sikap buruk orang lain untuk menyadarkan bahwa kita masih harus banyak belajar tentang arti ketulusan.

Jadi, bagaimana? Apakah kita bersedia diselidiki oleh Tuhan? Kalau Tuhan memberikan nilai, berapakah kira-kira level ketulusan kita?

KETULUSAN TIDAK TERLIHAT OLEH MATA MANUSIA, TETAPI DILIHAT JELAS OLEH MATA YANG MAHA MENYELIDIKI.

424 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: