Bagaimana Cara Stasiun Radio Bisa Tetap Bertahan di Jaman Now

 

Radio hingga saat ini masih merupakan sarana hiburan yang cukup populer di masyarakat, karena biayanya yang murah dan bisa didengar sambil beraktivitas apa saja. Namun, apa yang kelihatannya menghibur dan menarik itu, ternyata membutuhkan perencanaan, waktu dan biaya yang tidak sedikit dan management yang bagus. Untuk itu, bagi Anda yang ingin terjun di dunia radio, khususnya radio FM, lebih baik untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum memutuskan terjun di bisnis atau bidang ini.

Di dunia online, siapa saja bisa membuat blog, baik blog gratisan maupun berbayar. Blog yang biayanya murah pun juga bisa ramai pengunjung dan banyak pendapatan. Lalu apa bedanya antara web biasa, misal web toko online sederhana dengan web toko online sebesar lazada.com atau tokopedia.com ?? Bedanya adalah mereka berpikir untuk menjadi besar, menguasai (mendominasi) PASAR / market share, dengan perencanaan yang matang, tim management yang efisien dan efektif serta BERPENGALAMAN (SMART), dan sokongan dana yang luar biasa besar tentunya.

Sama halnya dengan di dunia radio, kita harus rencanakan terlebih dahulu mau dikonsep seperti apa radionya. Apakah cuma bahasa jawanya “NGGLENDER” ??? atau istilah populer di kalangan teknisi adalah  “Radio Panjer” atau “Radio ROBOT”, dimana radionya hanya memutar lagu-lagu saja, terus iklan, terus lagu-lagu, semua sudah dischedule di automation software, tanpa adanya penyiar. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para pengelola radio “JAMU TETES” yang biaya operasionalnya mungkin tidak sampai 1 juta/bln untuk listrik saja. Atau ada tim management yang di dalamnya ada divisi produksi, divisi penjualan/marketing, tim kreatif dll ?

Mau dibawa kemana radio itu, selain ditentukan oleh VISI dan MISI pemilik radio, juga ditentukan oleh SDM yang mumpuni. Kalau sudah berbicara SDM, berarti berbicara soal BIAYA!!! Anda sebagai pemilik radio ingin radionya seperti GEN FM atau DELTA FM misalnya, tentu saja SDMnya harus dilatih seperti mereka atau cari yang “sudah jadi”. Kalau Anda tidak punya waktu atau kesulitan melatih, Anda bisa membayar jasa konsultan yang tarifnya juga bervariasi mulai jutaan hingga ratusan juta. Tapi inipun juga masih banyak tantangannya. Ide apapun seringkali terbentur eksekusinya oleh masalah SDM.

 

Wah, rumit sekali ya???

Dunia radio tidak lepas dari dunia entertainment dan jurnalistik. Diperlukan hati yang punya passion ke sana untuk menjalankan sebuah stasiun radio. Tapi kalau tidak punya passion apa mungkin berhasil ??? ada memang sebuah radio di Malang yang dimana pemiliknya malah ga tahu menahu soal dunia radio, tapi radionya berhasil menjadi salah satu dari jajaran radio dengan penghasilan iklan terbesar di Kota Malang Jawa Timur. Salah satu kunci yang saya pelajari adalah : 1.) Mencari station manager yang sudah berpengalaman, 2). Sabar untuk menanti hasil yang besar, karena radio bukanlah sebuah bisnis yang dibuka langsung kelihatan hasilnya, jadi harus ada pemasukan dari sumber lain. Setelah 10 tahun lebih baru radio ini bisa merasakan hasil yang cukup besar. Kini omset perbulannya sudah di atas 100 juta.

Jadi menurut saya, kalau soal biaya bukan lagi menjadi masalah, tentu untuk membuat radio Anda jadi besar hanya tergantung dari VISI dan MISI Anda. Setelah itu melatih atau mendapatkan tim yang sesuai dengan IDEALISME Anda itu. Tidak mudah memang.. Capek RUAARR BIASAAAA yang saya lihat dari salah satu stasiun radio besar di Tulungagung, Jawa Timur.

Kalau ga punya konsep, apalagi dananya nipis, mending ga usah bisnis radio daripada “NGECEH-NGECEH DUIT” (pemborosan uang). Karena radio selain aspek SDM, juga ada aspek TEKNIS/PERALATAN yang kadang membutuhkan biaya yang tidak sedikit tat kala rusak. Belum lagi soal rumitnya proses perijinan. Anda harus bisa membuat GAME PLAN yang BAGUS.

Mendirikan radio, mengurus ijinnya dan membuatnya tetap bertahan memang bukan sesuatu yg mudah, tapi juga tidak sesulit MEMBUAT dan menerbangkan pesawat terbang ^^

“Saya sudah warning dari awal lo ya ahahaha. Kalau belum nyemplung jauh jauh buruan pergi. Kalau sudah setengah nyemplung, belajar renang sekalian atau mending buruan mentas. Kalau sudah dalam “nyemplungnya”, mending belajar menyelam dan berenang yang baik. Daripada sampai pertengahan terus megap megap dan melambaikan tangan tanda MENYERAH”, kata Hari Supriyono, seorang pemilik radio yang tengah berkembang dan naik daun di Tulungagung Jawa Timur. Dengan berkiblat pada radio besar di Singapura, radionya kini banyak penggemar, mulai dari kalangan bawah hingga eksekutif. Bahkan pejabat juga banyak yang mendengarkan. Dengan mengusung konsep DIGITAL BROADCAST dan Digital AUDIO, fasilitas Dynamic RDS (bisa melihat judul lagu yang sedang diputar), serta didukung teknologi streaming yang memanjakan pendengar, jumlah pendengar dan pengiklan juga kian naik. Ya, mengelola radio di jaman NOW memang perlu terobosan…. Anda bisa mendengarkan streamingnya di http://u.klikhost.com

 

Tantangan radio di era digital

Seiring pesatnya pertumbuhan internet, pengelola stasiun radio dihadapkan pada tantangan besar, yakni bergesernya pola konsumsi media. Popularitas radio semakin memudar setelah digilas televisi, dan sekarang pendengarnya disedot oleh beragam media di internet. Orang kini dengan mudah mendapatkan berita dan hiburan atau lagu di jejaring dunia maya. Beragam informasi berserakan di Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Segala jenis lagu, lawas dan terbaru, komplit di Youtube. Tak pelak, konsumen media kini ramai-ramai beralih ke media online, terutama media sosial dan aplikasi mobile. Apalagi tarif internet saat ini lebih murah.

Bisa dibilang, khalayak saat ini hanya mendengarkan radio ketika berkendara mobil untuk mendengarkan lagu pengusir kantuk atau mendengarkan informasi lalu lintas guna menghindari kemacetan. Anak muda saat ini lebih mendengarkan musik lewat layanan streaming ketimbang radio FM/AM. Bahkan fenomena kemunculan Spotify, pemutar lagu streaming, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan bakal menggerus eksistensi radio siaran, juga pemutar lagu iPod sampai iTunes. Spotify yang resmi hadir di Indonesia sejak 30 Maret 2016 memiliki kelebihan dari radio, seperti koleksi lagu super lengkap, up to date, sangat personal dan mudah dioperasikan.

Pesatnya pertumbuhan internet dewasa ini menjadi tantangan bagi pengelola studio radio siaran untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan konten. Jika tidak, eksistensi radio akan tersisihkan oleh daya tarik media internet yang mampu menyajikan semua kebutuhan konsumen. Pengelola radio harus beradaptasi terhadap tren yang berkembang. Kalau tidak bisa adaptasi dengan kemajuan teknologi, selesailah. Radio tradisional akan mati perlahan-lahan.

Agar radio siaran tetap eksis, menata ulang strategi bisnis adalah mutlak karena persaingan mendapatkan iklan semakin berat. Tambahkan layanan streaming, sehingga pendengar bisa mengakses informasi dan hiburan kapan dan di mana pun lewat internet. Bisnis itu harus mengikuti zaman!

Streaming menjadi solusi bagi studio radio siaran untuk mengimbangi berkembangnya media internet. Efek teknologi digital belum signifikan ke bisnis radio, dan format streaming bisa jadi solusi untuk saat ini. Pembenahan manajemen harus terus dilakukan untuk meningkatkan performa perusahaan dalam menghadapi persaingan. Kuncinya sinergitas semua divisi.

 

Keberlangsungan Radio Berbasis Komunitas

Pembicaraan keberlangsungan, terlebih keuangan bagi radio komunitas, menjadi isu terpenting bahkan bagi radio komunitas yang telah mampu “bertahan” sekalipun. Sampai ada semboyan hidup segan, mati tak mau.Radio komunitas yang sudah mampu mendanai semua biaya operasional tetapi tidak memiliki kualitas program yang bagus atau memiliki program yang bagus namun ditinggal pendengarnya, niscaya radio komunitas yang mengalami kondisi seperti itu pun tidak akan bertahan lama.

Langkah-langkah perbaikan dan pemantauan produksi program harus terus diperhatikan. Pendengar mana pun tidak akan menerima program siaran Anda yang tidak dikelola secara profesional. Tantangan bagi radio komunitas adalah profesionalitas program tanpa meninggalkan nilai-nilai akses, partisipasi, dan pemberdayaan warga atau komunitas. Untuk menuju ke sana, kuncinya adalah membuat program yang menyajikan sesuatu yang unik dan sangat lokal. Beberapa radio komunitas telah mencoba juga melakukan produksi yang diambil dari contoh program, baik radio internasional maupun nasional, namun mereka kemudian melakukan pengemasan kembali yang berbasis sangat lokal.

Selain program yang harus diperhatikan, penataan lainnya adalah survei pendengar. Survei pendengar memiliki hubungan yang kuat dengan pengembangan program. Banyak pegiat radio komunitas yang memandang survei pendengar membutuhkan banyak biaya. Pendengar adalah segalanya. Radio komunitas tidak akan bertahan jika pendengarnya tidak lagi memiliki perasaan memiliki. Radio komunitas memerlukan pemetaan komunitas dan membuat survei pendengar yang mengeluarkan biaya sedikit, temu fans club, misalnya. Tindakan itu dilakukan untuk memberi masukan bagi pegiat untuk membuat program yang tepat.

Keberhasilan pendanaan yang diperoleh radio tidak hanya disokong oleh faktor banyaknya komunitas, namun sosok-sosok relawan juga menjadi penentu. Umur dan keberimbangan jenis kelamin relawan menjadi faktor utama. Dalam penelitian itu menunjukan relawan perempuan yang lebih tua yang memiliki banyak waktu untuk kegiatan, cenderung lebih sukses.

Dengan semakin bertambahnya kepemilikan konglomerasi media massa, keberadaan radio komunitas menjadi sebuah entitas penting dalam masyarakat. Radio telah terbukti dan teruji lebih dari 50 tahun memberikan banyak kontribusi dalam perkembangan dan partisipasi komunikasi warga. Radio adalah media yang sangat potensial sebagai media partisipasi, dan akar dari keberadaan radio adalah komunitas yang menjamin proses komunikasi.

 

 

sumber :

http://industri.kontan.co.id/news/cara-radio-siaran-bertahan

http_://www.kombinasi.net/menjaga-kelangsungan-radio-komunitas/

686 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: