Pada November 2014 lalu, artis Julia Perez atau Jupe, memberitahukan ke publik bahwa ia terkena kanker serviks. Tiga bulan kemudian setelah berobat ke Singapura, Jupe sempat dinyatakan sembuh total dari kanker.
Lalu, setahun belakangan personel Trio Cecepy ini mengungkapkan bahwa kanker serviks yang ia derita sudah memasuki stadium akhir. Sekitar 2 tahun yang lalu sudah dinyatakan sembuh, tapi kenapa kankernya tetap berlanjut ?
Sejak sebulan lalu, Jupe menjalani kemoterapi dan perawatan di rumah sakit. Pada 12 Februari 2017, Jupe dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSCM karena terus mengigil dan kakinya kirinya mulai membengkak.
Kanker serviks atau leher rahim, adalah jenis kanker yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari satu wanita meninggal dunia karena kanker serviks setiap jamnya.
Wanita yang sudah menikah berisiko tinggi terkena kanker serviks. Jika HPV telah menular saat berhubungan seksual, dalam waktu beberapa atau puluhan tahun, HPV akan merusak serviks dan menimbulkan kanker.
Banyak orang tidak dapat membayangkan, apa yang terjadi di dalam tubuh penderita kanker serviks dan bagaimana sakitnya. Pengetahuan mengenai penyakit ganas khas wanita ini, dapat membantu kita, untuk menentukan sikap demi mencegahnya.
Kanker serviks dimulai ketika sel-sel yang sehat mengalami mutasi genetik atau perubahan pada DNA. Mutasi genetik ini kemudian mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel yang sehat akan tumbuh dan berkembang biak pada kecepatan tertentu, sedangkan sel kanker tumbuh dan berkembang biak tanpa terkendali.
Jumlah sel abnormal yang terus bertambah akan membentuk tumor. Sel kanker yang muncul kemudian menyerang jaringan di sekitarnya. Sel ini bisa melepaskan diri dari lokasi awal dan menyebar ke wilayah tubuh lainnya. Proses ini disebut sebagai metastasis (metastase).
Penyebab Kanker Serviks
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Tapi penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh (Human Papillomavirus). HPV adalah satu golongan virus, di mana terdapat lebih dari 100 jenis HPV.
Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui seks oral. Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen wanita akan terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang jelas, dan infeksi bisa hilang tanpa penanganan medis.
Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis HPV penyebab kutil kelamin ini tidak menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling umum adalah HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70 persen wanita.
Jenis HPV yang berisiko tinggi dianggap mengandung materi genetik yang bisa dipindahkan dari sel virus ke dalam sel leher rahim. Materi ini akan mulai mengganggu kinerja sel, hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa terkendali. Proses inilah yang menyebabkan munculnya tumor dan kemudian berubah menjadi kanker.
Belum ada obat yang diketahui bisa menyembuhkan infeksi HPV. Virus ini sendiri bisa tetap berada di dalam tubuh dengan atau tanpa penanganan. Tapi, kebanyakan infeksi HPV menghilang tanpa penanganan khusus dalam jangka waktu sekitar dua tahun. Namun, sebagai langkah berjaga-jaga, setiap wanita disarankan untuk menerima vaksinasi HPV untuk mencegah tertularnya jenis virus yang menyebabkan kanker.
Faktor-faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita kanker serviks antara lain:
- Aktivitas seksual terlalu dini: Melakukan hubungan seksual pada umur terlalu dini akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Berganti-ganti pasangan seksual: Memiliki banyak pasangan seksual akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Merokok: Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dari tembakau yang muncul di leher rahim.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi ini mungkin dikarenakan mengonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh tidak menolak donor organ dari orang lain atau karena menderita HIV/AIDS.
- Melahirkan anak terlalu sering: Makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka risiko mengidap kanker serviks semakin tinggi. Wanita yang punya tiga anak, tiga kali lebih berisiko terkena kanker serviks daripada wanita yang tidak punya anak sama sekali. Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil membuat leher rahim lebih rentan terserang HPV.
- Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun: Mengonsumsi pil KB cukup lama akan meningkatkan risiko dua kali lipat mengalami kanker serviks. Meski hal ini masih belum jelas alasannya.
Inilah gambaran tahap-tahap perkembangan kanker serviks bagaimana cara menjauhinya :
1. Status Prakanker – Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN)
Kanker serviks butuh bertahun-tahun untuk tumbuh dari sel sehat ke sel prakanker dan akhirnya jadi sel kanker. Perubahan abnormal sel-sel sebelum kanker inilah yang dikenal dengan sebutan cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau sel prakanker. Perubahan sel akibat infeksi HPV menjadi CIN, hingga akhirnya menjadi kanker sangat lambat. Proses ini bisa terjadi dalam kurun waktu 10-20 tahun.
CIN adalah kondisi pertumbuhan sel abnormal sebelum kanker. Kondisi ini umumnya tidak mengancam kesehatan seseorang secara langsung, tapi berpotensi berubah menjadi kanker. Walau risiko sel-sel CIN berubah menjadi kanker tergolong kecil, dokter akan memantau atau menanganinya sebagai langkah pencegahan kanker serviks. Tujuan pap smear adalah mengidentifikasi tahap ini agar CIN ditangani sebelum sepenuhnya berubah menjadi kanker.
Tingkat perubahan sel abnormal bisa dibagi menurut tingkat keparahannya, yaitu:
- CIN 1 – Kondisi ini terjadi saat perubahan pada sel-sel leher rahim masih sedikit atau tidak terlalu signifikan. Bisa ditangani atau dipantau secara berkala karena sel-sel pada tahap CIN 1 bisa berubah menjadi normal kembali tanpa penanganan medis.
- CIN 2 – Terjadi perubahan yang lebih dari CIN 2; umumnya sel-sel abnormal diangkat oleh dokter.
- CIN 3 – Pada tahap ini, perubahan sel sangat abnormal tapi belum bersifat kanker. Sel-sel CIN 3 akan diangkat oleh dokter.
2. Stadium kanker
Salah satu metode yang digunakan dokter untuk menggambarkan stadium kanker adalah sistem TNM. Dokter menggunakan hasil dari tes diagnostik dan scan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
Tumor (T): Berapa besar ukuran tumor primer? Di mana letaknya?
Node (N): Apakah tumor menyebar ke kelenjar getah bening? Jika demikian, di mana dan berapa banyak?
Metastasis (M): Apakah kanker menyebar ke bagian lain tubuh? Jika demikian, di mana dan berapa banyak?
Hasil pemeriksaan kemudian digabungkan untuk menentukan stadium kanker.
Untuk kanker serviks, ada lima tahap, yakni tahap 0 (nol) dan tahap I sampai IV (satu sampai empat). Dengan mengetahui stadium kanker yang diderita seseorang, dokter dapat merencanakan perawatan dan pengobatan yang terbaik.
Setiap stadium kanker memiliki sub-sub divisi. Dari sini, kita bisa mendapat gambaran mengenai letak dan ukuran sel kanker. Secara singkat, untuk kanker leher rahim, beginilah gambaran perkembangan sel kanker di tiap tahapnya
Stadium 1 – Sel-sel kanker hanya ada di leher rahim. Stadium 1 dibagi lagi menjadi:
1A: Sel kanker berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
1A1: Kanker telah menyerang hingga kedalaman 3mm atau kurang dan memiliki lebar 7mm atau kurang.
1A2: Kanker menyerang hingga kedalaman antara 3 sampai 5 mm dengan lebar 7mm atau kurang.
1B: Sel kanker bisa terlihat mata tetapi masih terbatas pada serviks.
1B1: Ukuran sel kanker tidak lebih besar dari 4 cm.
1B2: Ukuran sel kanker lebih besar dari 4cm
Stadium 2 – Kanker telah menyebar ke struktur di sekitarnya, seperti vagina atau jaringan di samping leher rahim. Stadium 2 dapat dibagi lagi menjadi:
2A: Kanker telah menyebar ke bagian atas vagina.
2A1: Ukuran tumor atau kanker tidak lebih besar dari 4 cm.
2A2: Ukuran tumor lebih besar dari 4cm
2B: Kanker telah menyebar ke jaringan di samping leher rahim.
Stadium 3 – Kanker telah menyebar ke daerah-daerah seperti bagian bawah vagina atau jaringan di sisi daerah panggul.Tahap 3 dapat dibagi lagi menjadi:
3A: Kanker telah menyebar ke bagian bawah vagina.
3B: Kanker telah menyebar ke seluruh jaringan di sisi daerah panggul dan dapat menekan salah satu ureter (saluran urin dari ginjal ke kandung kemih). Jika tumor menyebabkan tekanan pada ureter maka mungkin ada penumpukan urin di ginjal.
Stadium 4 – Kanker telah menyebar ke kandung kemih atau usus atau luar daerah panggul. Tahap 4 dapat dibagi lagi menjadi:
4A: Kanker telah menyebar ke organ terdekat seperti kandung kemih dan usus.
4B: telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru, liver atau tulang.
Gejala kanker serviks
Gejala kanker serviks tidak selalu jelas, dan mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali sampai hingga mencapai stadium lanjut.
Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi Anda melakukan skrining serviks. Gejala yang mungkin muncul jika Anda memiliki kanker serviks di antaranya adalah pendarahan vagina yang tidak biasa.
Dalam kebanyakan kasus kanker serviks, perdarahan vagina adalah gejala yang terlihat pertama kali dan biasanya terjadi setelah berhubungan seks.
Perdarahan pada waktu selain waktu haid, termasuk perdarahan setelah menopause (seperti yang dialami alm. Ibu saya), juga termasuk pendarahan yang tidak biasa. Segera kunjungi dokter jika Anda mengalami jenis pendarahan vagina yang tidak biasa.
Gejala lain kanker serviks yang sering dialami penderita adalah rasa sakit dan ketidaknyamanan saat berhubungan seks dan keputihan yang berbau tak sedap.
Gejala kanker serviks stadium lanjut
Jika kanker menyebar keluar dari leher rahim, menyebar hingga ke jaringan atau organ sekitarnya, dapat memicu gejala:
– Sembelit
– Ada darah dalam urin (hematuria)
– Kehilangan kontrol kandung kemih (urinary incontinence)
– Nyeri tulang
– Pembengkakan pada salah satu kaki
– Nyeri parah di sisi tubuh atau di bagian belakang akibat pembengkakan ginjal, terkait dengan kondisi yang disebut hidronefrosis
– Kehilangan selera makan
– Penurunan berat badan
– Sering lelah dan kekurangan energi
Dan kondisi yang parah, bisa terjadi SEPSIS (infeksi seluruh tubuh) dan harus menjalani cuci darah. Cuci darah seringkali terkendala akibat kondisi pasien yang sangat menurun, tekanan darah yang menurun atau bahkan syok karena sepsis (septik syok).
Cara Penyebaran Kanker Serviks
Jika kanker serviks tidak didiagnosis dan tidak ditangani, perlahan-lahan sel kanker akan keluar dari leher rahim dan menyebar ke organ serta jaringan di sekitarnya. Kanker bisa menyebar ke vagina dan otot yang menopang tulang panggul. Sel kanker juga bisa menyebar ke tubuh bagian atas. Kondisi ini akan menghalangi saluran yang mengalir dari ginjal ke kandung kemih atau sering disebut sebagai ureter.
Kanker bisa menyebar ke kandung kemih, rektum, dan akhirnya sampai ke hati, tulang, dan paru-paru. Sel kanker ini juga bisa menyebar ke sistem limfatik. Sistem limfatik terdiri dari serangkaian nodus dan saluran yang menjalar ke seluruh tubuh dengan cara yang sama seperti sistem peredaran darah.
Nodus limfa menghasilkan banyak sel khusus yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh. Jika Anda terinfeksi, nodus di leher atau di bawah ketiak akan membengkak. Pada beberapa kanker serviks stadium awal, nodus limfa yang dekat dengan leher rahim mengandung sel kanker. Dan pada beberapa kanker serviks stadium akhir, nodus limfa di dada dan perut juga bisa terinfeksi kanker.
Deteksi Dini Kanker Serviks
Selain menyingkirkan faktor-faktor risiko kanker serviks, bisa dicegah dengan pemeriksaan dini (screening) dan vaksinasi. Mendeteksi kanker serviks harus dilakukan sedini mungkin untuk memperbesar peluang sembuh. Selama ini, tingkat kematian akibat kanker serviks cukup tinggi karena banyak wanita baru menyadari dirinya terkena kanker serviks saat sudah memasuki stadium lanjut, atau bahkan sudah menyebar. Padahal, jika terdeteksi sejak dini, kanker serviks masih bisa disembuhkan.
Metode skrining ini adalah metode yang efektif untuk mengetahui adanya tanda pra kanker atau juga ciri-ciri kanker serviks, sehingga akan membantu penanganan kanker serviks secara tepat sejak dini. Tentunya metode skrining ini hanya berfungsi untuk mengetahui adanya kanker serviks dan bukan sebagai cara mencegah kanker serviks. Skrining sendiri dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan Papsmear atau juga IVA (Visual Inspection with Acetic Acid) test. Berikut ini penjelasannya :
1. Pap Smear
Kanker serviks dapat dideteksi dalam stadium dini dengan melakukan pemeriksaan pap smear. Tes pap smear adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pertumbuhan sel yang abnormal pada rahim. Pertumbuhan sel kanker pada leher rahim juga bersifat abnormal, sehingga dapat dideteksi oleh alat ini. Dengan pemeriksaan rutin, perubahan sel-sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker atau sudah menjadi kanker bisa terdeteksi.
Pap smear adalah pemeriksaan medis yang aman untuk dilakukan, mudah, serta murah jika dibandingkan dengan biaya perawatan kanker serviks dengan stadium lanjut. Jika Anda melakukan pemeriksaan pap smear, maka akan ada sebuah alat yang dimasukkan ke dalam vagina Anda, sehingga tidak semua perempuan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear.
Tes ini digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat perubahan perubahan pada sel leher rahim yang dalam kondisi abnormal. Tahap pemeriksaannya dilakukan dengan cara mengambil cairan yang ada di leher rahim dengan menggunakan spatula yang kemudian sample tes ini diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Dokter atau bidan/perawat menggunakan alat bernama spekulum yang dimasukkan ke dalam mulut vagina. Alat ini bisa memperluas lapang pandang dengan membuka mulut vagina sehingga area serviks dan vagina bisa diperiksa lebih teliti. Setelah itu, sampel sel-sel pada serviks akan diambil memakai spatula (seperti sendok kecil bertangkai panjang) plastik dan sikat kecil. Sel-sel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji. Tes ini biasanya memakan waktu sekitar lima menit. Selama prosedur, Anda tidak perlu tegang karena kebanyakan wanita tidak merasakan rasa sakit saat melakukan pap smear.
Saat melakukan pap smear, dokter bisa juga mengkombinasikannya dengan tes human papillomavirus (HPV), khususnya buat wanita berusia 30 tahun ke atas. HPV adalah sebuah virus yang menyebabkan infeksi menular seksual, yang dapat menyebabkan kanker serviks pada beberapa wanita.
Secara medis pap smear aman dilakukan. Meski begitu, tetap ada kemungkinan akibat negatifnya. Anda bisa menerima hasil tes yang salah. Contohnya, hasil tes menunjukkan bahwa Anda memiliki sel-sel normal, padahal tidak demikian. Pemicu ketidakakuratan tersebut yaitu sel-sel abnormal tertutup darah dan jumlah sel abnormal sangat sedikit. Namun, kemungkinan sel-sel abnormal dapat terdeteksi jika Anda menjalani pap smear berikutnya.
Agar mendapat hasil tes pap smear seakurat mungkin, sebaiknya hindari berhubungan seksual, membersihkan vagina, dan memakai krim vagina selama 2 hari sebelum tes dilakukan.
The American Cancer Society mengeluarkan beberapa anjuran yang bisa dilakukan bagi kaum perempuan untuk mencegah serta mendeteksi dini kejadian kanker leher rahim, yaitu:
- Perempuan yang sudah berumur 21 tahun dan aktif secara seksual – sudah pernah berhubungan seksual atau menikah sebelumnya – dianjurkan untuk melakukan pap smear.
- Kelompok perempuan yang berusia antara 21 hingga 29 tahun, disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear setiap 3 tahun sekali.
- Jika Anda memasuki usia 30 tahun, dan dinyatakan negatif, maka Anda bisa melakukan pap smear dalam 5 tahun sekali hingga Anda berusia 65 tahun.
- Namun untuk perempuan dengan rentang usia 30 sampai 65 tahun yang memiliki faktor risiko, seperti memiliki riwayat keluarga yang terkena kanker serviks, maka dianjurkan untuk tetap melakukan pap smear 3 tahun sekali.
- Perempuan yang mengalami HIV/AIDS positif, infeksi pada organ seksualnya, serta memiliki organ transplantasi, maka berisiko untuk mengalami kanker serviks lebih tinggi, sehingga harus memeriksakan dirinya ke dokter lebih sering dan melakukan pemeriksaan dalam rentang waktu yang dekat.
- Perempuan yang sudah lebih dari 65 tahun, yang sudah melakukan pap smear selama 10 tahun belakangan, maka harus menghentikan melakukan pemeriksaan pap smear – selama mereka memang ditanyakan bebas dari penyakit kanker apapun selama 10 tahun belakangan.
- Sementara perempuan yang telah menjalani histerektomi atau pengangkatan rahim dan leher rahim, maka harus berhenti melakukan pap smear dan tes HPV, kecuali perempuan tersebut tidak sepenuhnya diangkat leher rahimnya, maka harus tetap mengikuti anjuran yang telah disebutkan sebelumnya.
- Pemeriksaan pap smear tidak boleh dilakukan setiap tahun, oleh siapapun. Jeda waktu yang dianjurkan adalah 3 tahun sekali.
- Pap smear harus lebih rutin dilakukan jika Anda dinyatakan memiliki sel abnormal, memiliki sistem imun yang lemah, terjangkit virus HIV, menjalani kemoterapi dan pernah menjalani transplantasi organ.
Kemudian apa yang harus dipersiapkan ketika ingin melakukan pap smear?
Pap smear bisa dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia. Sekarang ini sudah banyak rumah sakit yang menyediakan sarana tersebut. Jika Anda memang akan melakukan pap smear, maka 3 hari sebelum melakukan tes Anda harus menghindari hal berikut :
- Memakai pembalut (telah selesai haid)
- Berhubungan seksual
- Menggunakan alat kontrasepsi berupa krim atau obat vagina berupa salep
- Douching vagina, membersihkan vagina dengan semprotan khusus atau sabun pembersih kewanitaan, maupun dengan berbagai cairan seperti cuka, baking soda, dsb (intravagina)
2. IVA Test
IVA test memiliki pengertian inspeksi visual dengan asam asetat adalah suatu metode cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mendeteksi mengenai adanya tanda tanda terdapat kanker serviks. Caranya adalah dengan menyemprotkan cairan asam asetat dalam konsentrasi 3% sampai 5% di daerah mulut rahim. Kemudian dari semprotan ini, dilihat apakah terdapat suatu perubahan warna menjadi warna putih ke daerah yang disemprotkan tadi.
Bagi wanita yang secara aktif telah sering melakukan hubungan seksual akan sangat disarankan untuk melakukan metode skrining dengan menggunakan cara papsmear maupun dengan IVA test.
Pencegahan Kanker Serviks
1. Vaksinasi
Untuk menghindari terkena kanker serviks terdapat cara pencegahan yang saat ini telah dikenal dalam dunia medis secara luas yaitu dengan vaksinasi. Salah satu hal yang menjadi alasan mengapa banyak terjadi kasus kanker serviks di Indonesia adalah karena minimnya pengetahuan mengenai kanker serviks. Sehingga membuat rendahnya kesadaran masyarakat mengenai vaksinasi dari kanker serviks ini.
Vaksinasi HPV merupakan cara yang efektif dalam menghindarkan diri dari penyakit ini. Vaksin tersebut akan berguna untuk meningkatkan performa dari sistem kekebalan tubuh untuk mengenai dan juga menghancurkan virus HPV ketika mulai masuk ke tubuh. Hal ini dappat mencegah terjadinya infeksi pada tubuh akibat terkena virus HPV.
2. Menjaga Perilaku Seks
Cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebiasaan perilaku seksual dalam standar yang sehat. Akan lebih baik jika anda melakukan metode deteksi dini ini secara teratur beberapa waktu sekali sehingga akan menjaga diri anda dari potensi kanker serviks yang lebih parah.
Cegah kanker serviks sebelum terlambat. Lakukan deteksi dini dan pencegahan dengan vaksinasi. Anda terlalu berharga untuk keluarga dan orang di sekitar anda. Jangan sampai kanker serviks merenggut kebahagiaan dan impian-impian anda.
Referensi lain :
- http://rs-premiersurabaya.com/deteksi-dini-kanker-serviks-dengan-colposcopy/
- http://www.rspondokindah.co.id/id/health-articles/detail/131/thinprep,-deteksi-dini-kanker-serviks-lebih-akurat
Medical Doctor, WordPress Fan & Radio Broadcasting. Founder KLIKHOST.COM