Dalam pergaulan sosial ataupun organisasi, tak sering kita menghadapi orang-orang yang “belum dewasa”, “belum matang”, masih kekanak-kanakan, sering bermasalah dengan banyak orang. Orang-orang yang bermasalah dengan orang lain, pasti suatu ketika bermasalah juga dengan kita. Hal ini pernah saya alami sendiri : Waktu itu saya diajak ngomong oleh seseorang tentang kejengkelannya terhadap orang lain, lalu saya nasihati agar bersabar, tapi tiba-tiba orang ini memutuskan suatu hal yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seseorang yang harusnya bisa bersikap dewasa dan menjadi teladan. Lalu saya berpikir : “Waduh, sudah beberapa orang bermasalah dengan bapak ini sebelumnya…. Suatu ketika pasti bermasalah dengan saya nih?” Dan ternyata benar, tinggal menunggu bom waktunya meledak dan akhirnya duaarrrrr… hehehehe. Saya difitnah untuk masalah yang sebenarnya sudah dianggap selesai.
Apa itu fitnah?
Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas seseorang atau peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu, tuduhan palsu ataupun asumsi yang salah yang dapat mempengaruhi kehormatan, wibawa, menyerang harga diri ataupun menjatuhkan reputasi seseorang. Dan tanpa disadari, fitnah ini adalah upaya PEMBUNUHAN KARAKTER.
Orang-orang yang terbiasa menyebar hasutan dan fitnahan keji terhadap sesamanya ini umumnya memang disebabkan oleh karakter mereka yang KERDIL dan BERMENTAL MISKIN. Mereka sendiri tidak bisa menunjukkan kelebihan diri sendiri, sehingga agar dirinya lebih percaya diri maka dia jatuhkan orang lain. Setiap kali tidak ada bahan omongan, maka mereka akan mengomongkan kejelekan orang lain. Sudah jadi kebiasaan sih….
Tapi perlu kita garis bawahi pula bahwa fitnah juga bisa terjadi karena kesalahan kita sendiri. Yaitu kita melakukan kesalahan sehingga MERUGIKAN KEPENTINGAN ORANG TERSEBUT. Bener ga?
Skenario fitnah melalui pemutarbalikan fakta
Sebut saja Mr. F. Beliau ini bilang ke saya kalau si X telah merugikan kita, sehingga harus kita putus saja hubungan kerjasamanya. Lalu saya bertanya : “Lha selama ini berarti kita telah menguntungkan dia dengan menggunakan fasilitas dari saya?”, dijawab oleh Mr. F : “Iya betul”. Sedikit emosi saya jadinya. Tapi saya tidak setuju jika main memutuskan hubungan, lebih baik duduk bersama dulu daripada kita membuat permusuhan. Tapi tiba-tiba diputuslah kerjasama secara sepihak. Lalu saya hubungi X tentang hal ini bahwa saya sebenarnya tidak ada sangkut pautnya karena saya tidak menggunakan layanan si X lagi, tapi si X berkata begini : “Mr F bilang ke saya katanya sampean tidak ingin peralatan sampean dipakai lagi oleh saya mas, ya saya gapapa sih”. Begitulah strategi mengadu domba dengan pemutarbalikan fakta.
Respon yang benar dalam menghadapi fitnahan
Respon untuk menghadapi kritikan yang tidak adil adalah dengan mengumpulkan kebenaran. Fitnah itu kemungkinan tidak semuanya salah dan tidak semuanya benar. Tetapi alangkah bijaksananya jika kita menyaring kritikan yang mungkin benar dan menggunakannya sebagai sebuah kesempatan untuk memusatkan perhatian pada memperbaiki kesalahan kita.
Kerendahan hati akan memilih respon yang lembut atas kritik rendahan yang penuh permusuhan. Kerendahan hati tahan dalam penderitaan, anggun, baik, bahkan lembut saat menghadapi olok-olok. Kerendahan hati membalas kejahatan dengan kebaikan, sebuah jawaban yang lembut dalam menanggapi amarah, memberikan berkat atas kutukan, menaruh belas kasihan atas kekejaman. Jangan malah kita membalas dengan olok-olok, itu sama saja artinya bahwa kita ini sama dengan mereka, yaitu sama-sama “pembunuh” manusia.
Dengan sikap rendah hati menanggapi setiap kritikan dan fitnah, maka kita sedang menyadari bahwa Allah memegang kendali atas segala macam situasi. Dengan berpegang pada kerendahan hati kita tidak pernah mencari-cari pemulihan nama baik, tetapi memilih Tuhan untuk membela dan membenarkan kita, kita lebih mengutamakan nama baik Tuhan daripada diri sendiri.
Tidak perlu gentar dan takut atas fitnahan orang. Maju terus pantang mundur demi kepentingan banyak orang atau kepentingan yang lebih utama. Anggap fitnahan itu sebagai kerikil-kerikil tajam yang membuat kita terluka untuk sementara waktu, tetapi akan membuat mental kita semakin terasah. Ini adalah bagian proses pembentukan diri kita. Seperti Yusuf yang difitnah oleh tante Potifar hingga dijebloskan ke Penjara, tetapi akhirnya Tuhan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia
Dia yang menutupi kebencian memiliki bibir dusta, dan siapa saja yang menyebarkan fitnah adalah orang bodoh.
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Medical Doctor, WordPress Fan & Radio Broadcasting. Founder KLIKHOST.COM