Perbedaan Jingles station, ID station, smash, bridge dan sweeper

Kita menjumpai istilah ini dalam dunia radio, yaitu biasanya diputar oleh announcer/music director di antara lagu 1 ke lagu 2, atau sebelum dan sesudah commercial break.

Ada yang tahu perbedaan fungsinya dari istilah-istilah diatas ?

Jingles Station adalah ID Jingle atau Identitas Radio yang biasa di putar di setiap pergantian jam. Karena namanya JINGLE, maka modelnya  dinyanyikan, atau hanya musik saja tapi di akhiri dengan ID Radio (bisa nama Radio atau penyebutan angka gelombang Radio). Tujuan diputarnya Jingle Station adalah agar pendengar tahu nama radio yang tengah mereka putar.

Sedang ID station adalah penyebutan identitas radio dengan perkataan saja tanpa ada lagu nyanyian (jingle). Contoh : “You’re listening to FM 107,6 Suara Gracia!”

Smash bisa juga di sebut SWEEPER, digunakan untuk sekedar jadi jarak atau Tanda untuk ke tune berikutnya. Kalau di iklan biasanya juga sering digunakan untuk “Stopping Power” pada iklan tersebut.

Bridge hampir sama dengan sweeper, yaitu jembatan penghubung antara satu lagu kelagu lainnya, biasanya berupa Bridge jingle ID. Jenisnya ada yg midle, slow, dan up, tergantung untuk lagu berikutnya. Kalau lagunya fast, maka pakai Bridge Up. Fungsinya agar pendengar tidak terlalu “kaget” dengan perbedaan beat lagu yg diputar. Misal : dari Lagu Agnes – Karena ku sanggup ke lagu Tompi – Menghujam Jantungku, lebih baik di kasih bridge up agar ketukan drum di awal lagu tompi tidak merusak mood pendengar.

 

 

Sejarah Jingle

Di tahun 1951 muncullah PAMS di Dallas (Texas, USA), perusahaan pertama yang dibuat khusus untuk memproduksi jingles utk stasiun radio dan stasiun televisi maupun iklan radio/TV.

Di tahun 80an dan 90an yang terkenal adalah JAM Creative Productions di Dallas yang kliennya adalah radio-radio dan program-program paling kondang saat itu : BBC, KIIS-FM dan KOST-FM Los Angeles, Rick Dees, WPLJ New York, dll. Klien JAM di Indonesia juga radio papan atas seperti Hard Rock FM, Trijaya, Prambors, Ramako, Delta-FM, FeMale, dan KLCBS Bandung. Jadi bisa dibilang bahwa “warna” jingles yang ada di benak para Broadcasters di Indonesia adalah karena JAM pernah kondang banget.

Mau beli dari Dallas, mau pesen dari Elfa Music Studio atau bikin sendiri pake software seperti Cool Edit maupun adobe audition ? Yang penting adalah terdengarnya on-air harus enak menurut pendengarnya. Dan walaupun setiap radio harus punya Station ID, tidak berarti harus punya jingles lho. Anda bisa meniru jingle dan Station ID dari radio-radio yang sudah ada yang menurut Anda cukup bagus.

Sebuah Station ID harus cocok dengan (dan mewakili) “image” dari Radio tersebut. Radio yang formatnya TOP40 ya harus punya Station ID yang enerjik. Radio yang formatnya golden memories ya harus pakai string section (biola). Radio yang formatnya country harus ada suara steel guitar-nya, dst.

Station ID untuk Radio bisa juga pake narasi oleh Voiceover, misalnya “Jakarta’s best Oldies, 99.9!”, atau “This is the News at 10, on Channel 9!”. Contoh lain : CNN International dulu pake vokalnya “Darth Vader” alias James Earl Jones : “This is CNN”, yang singkat tapi gagah dan tegas.

Kalo kebetulan kita nyadar bahwa “Stasiun radio yang mau bagus harus punya Station ID yang bagus”, maka jingles yang kita beli di USA pun harus kita customize liriknya sesuai positioning stasiun radio kita.

Aku yakin dalam sejarah radio di Indonesia gak ada radio yang berani investasi $28,000-lebih hanya utk jinglesnya seperti halnya dulu HRFM Jkt di awal 1996. Buat para Program Director yang pelit untuk beli jingles, inget bahwa HRFM Jkt yg masih bayi itu (dalam rentang waktu 4 tahun) bisa memaksa radio yang yang waktu itu ngakunya nomor satu jadi melorot ke nomor 11 di SRI Jakarta tahun 2000. Itulah kekuatan dari Station ID yang efektif.

Ada empat cara dasar utk memakai Station ID atau jingle di radio:

  1. Menjembatani (bridging) antar-lagu dari up tempo ke slow
  2. Mengakhiri commercial-break untuk kembali ke programming semula
  3. Masuk ke commercial-break (tidak dianjurkan)
  4. Setelah menyampaikan adlibs (sangat tidak dianjurkan)

Kenapa yang terakhir itu cenderung ditertawakan? Karena penyiar yang bicara setelah lagu ya dengan sendirinya telah berfungsi sebagai bridge ke lagu berikutnya. Dan setelah menyampaikan adlibs panjang-lebar, biasanya pendengar pingin cepet masuk lagi ke lagu dong, jangan malah diingetin tentang radio mana nih yang isinya iklan melulu 🙂

Kalo istilah bumper berasal dari dunia pertelevisian, yg maksudnya sama dengan bridging. Tapi “menjembatani” lebih cocok utk dunia radio karena seringkali fungsi Jingles dan Station IDs memang adalah utk membuat segue (perpindahan/ transisinya) yang cantik/mulus di telinga dan nyaman di hati pendengar akibat kemampuan radio/audio utk membawa pendengarnya ke dunia lain (ngelamun). Gak bisa khan menyimak TV sambil ngelamun?

Semoga ini turut mengklarifikasi perbedaan antara bridge dan jingle : Jingle adalah iklan yang dinyanyikan, misalnya “Rick Dees and the Weekly Top 40!”. Bridge adalah stimulasi audio untuk memuluskan perpindahan dari satu signal audio ke signal audio lainnya, misalnya dari lagu ke lagu atau dari jingle Djarum Coklat ke lagunya Josh Groban. Jadi bridge bisa aja berupa kutipan kata-kata dari seseorang, mis. “Hi, saya Glenn Fredly, dan Anda sedang menikmati R Radio Tulungagung.”

Utk menguasai “pemakaian Jingles”, harus mengerti dulu “bentuk Jingles”. Harus tau dulu bahwa ada jingles yang bagian instrumentalnya (tanpa ada nyanyian vokal) memang disediakan utk penyiar yang mau bicara di atasnya, dan bagian tsb biasanya disebut bed. Jadi jenis umum jingles adalah :

  1. full (nggak ada talkover bed) : biasanya singkat karena nggak ada bed, mis. 3sec hingga 8sec.
  2. donut (ada talkover bed di tengah) : “The best hits in Jakarta….. .. 107.8 Light FM!”, mis.8sec hingga 60sec.
  3. dg front bed (utk bicara di awal) : “…… 107.8 Rocket FM!”

Variasi dari jingles yang Full:
– singkat (“87.6, Hard Rock FM”) : 3 sec
– sedang (“Jakarta’s entertainment station, 87.6 Hard Rock FM”) : 6 sec
– panjang (“Hard Rock FM from the heart of the nation, it’s the number one entertainment station, 87.6 wherever you go, it’s the Good Morning Hard Rockers show!”) : 17 sec

Variasi dari jingles yang Donut:

  • bolong di tengah (“Happy Holidays …….. 107.2 Kiss-FM”) : 5 sec bed yg cukup utk bilang “Maaf Lahir-Bathin yaaa!”
  • SDA tapi totalnya 60 sec : 50 sec bed yg dipake utk menyampaikan adlibs atau games/kuis dg kontrak “60 detik”.
  • Belakangnya tanp vokal dan tanpa smash penutup : bednya di-loop supaya penyiarnya gak terbirit-birit ngomongnya. (nutupnya? liat berikutnya.. .)

Variasi dari jingles yang Front Bed:

  • dg 1 sec lead yg langsung berupa smash dg vokal (utk penutup info yg di atas itu.)
  • instrumental depannya berupa fade-in (agak susah utk nyamain beatnya dg jingle yg bednya di-loop tadi di atas
  • Kalo penyiarnya udah hafal durasi bed-nya, bisa utk ngomong dg keren di atasnya : misalnya kalo jingle-nya “….. more music every morning, on Zoo-FM!”, maka Anda ngomong di atas bednya : “apa yg kamu butuhin setiap pagi sebelum berangkat ke kampus?”

Kalo ada yg bingung, buka aja www.jingles.com dan dengerin demo-demonya di bagian Demo Download, terus perhatiin sendiri yang mana yang tipe 1. dan 2. dan 3.

  1. Tipe 1 (jingle biasa): Do It Again (WCBS) cut 7.
  2. Tipe 2 (dg talkover bed di tengah): Z-World (WHTZ) cut 24.
  3. Tipe 3 (dg talkover bed di depan): A Touch of Christmas (KVIL) cut 9.
  4. Tipe 1 (gaya a Capella): Northwave (FM-Northwave) cut 6.
  5. Tipe 1 (dg crowd effects) : Closer to the Music (BBC1) cut 6.
  6. Tipe 1 yg panjang : Z World (WHTZ) cut 21.
  7. Tipe 1 yg extra panjang (juga disebut image song) : Seasons’ Suite (KDOK) cut 1.
  8. Tipe 2 (dg bed panjang utk latihan ngomong di tengah dan pura2 jadi penyiar HRFM jaman dulu) : Hard Rock FM cut 9.
  9. Tipe 3 (dg talkover bed medium) : KIIS90 (KIIS) cut 9.
  10. Tipe 3 (dg talkover bed panjang) : Today’s Coast (KOST) cut 15.

Yang paling cocok diselipin di tengah2 lagu adalah Station ID yang a capella atau yg spoken aja (“Lagu terbaru dari Yana Julio dan ekslusif di Makassar, hanya di Telstar-FM!” ), jadi kalo Anda melakukannya dengan Station ID yang ada musik berarti tabrakan dong musiknya…

Kalo Anda beli yang profesional, biasanya dikasih potongan-potongan nama radio Anda yang bentuknya shouts, dan itu bisa dipake di berbagai posisi pada program Anda asalkan in good taste. Jenis shouts yang selama ini akrab di telinga Anda adalah yang sering dicuri dari CD demo utk dipake di chart-show : “Number eight!”, “Number Twenty-Four!” dst.

Jadi ternyata bikin jingle itu tidak sesederhana yang dibayangkan ya ??? Harus mewakili image dan positioning radio yang telah kita rancang.

1577 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: