Belajar Sendiri Menjadi Penyiar Radio Profesional Tanpa Harus Kursus

Ingin jadi penyiar radio profesional ? atau kebetulan ada kesempatan untuk bisa siaran di radio ? wah, tips-tips berikut ini akan membantumu untuk lebih terampil lagi.

Menjadi penyiar radio memang awalnya gampang-gampang susah, tapi jika awalnya memang suka banget dengan dunia radio, pasti yang susah-susah itu lama-lama akan jadi gampang, bahkan lebih menyenangkan. “Ini gue banget deh”, seperti itu mungkin ya kalau sudah jadi orang radio 🙂

Kalau ada kesempatan ikutan kursus, mendingan ikutan kursus. Tapi kalau tidak ada, maka kamu bisa latihan sendiri di rumah atau dimana saja kok. Tenang saja!

Untuk menjadi penyiar radio profesional, pertama-tama harus menyadari bahwa radio adalah SUARA (audio). Radio adalah media yang hanya bisa didengar (auditif) alias MEDIA DENGAR. Suara (voice) pula yang jadi aset terpenting seorang penyiar — sebagai ujung tombak, front liner sebuah radio — yang berinteraksi langsung dengan pendengar.

Banyak orang terlahir dengan memiliki suara indah. Namun, kebanyakan dari kita harus bekerja keras untuk menjadi penyiar profesional. Lagi pula, menjadi penyiar profesional tidak cukup bermodal suara emas (golden voice), tapi juga perlu modal lainnya, seperti wawasan, sense of music, dan sense of humor.

Untuk Radio, kelihatannya tren sekarang ini dianggap agak kuno jika masih berpatokan pada kualitas suara untuk menjadi seorang penyiar, karena tren sekarang golden voice sepertinya sudah tidak menjadi syarat utama untuk menjadi penyiar. Orang bersuara cepreng, tidak bulat, atau jelek saja sekarang bisa jadi penyiar asal pinter ngebanyol, tahu musik dikit, beken alias selebritis, atau bersedia menjadi bahan olok-olok alias siap di buly penyiar utama yang menjadi tandem siarannya, maka dia sudah bisa bercuap-cuap ria di radio. Akan tetapi, kualitas program, presentasi program, termasuk kualitas penyiar, serta siarannya harusnya tetap menjadi faktor utama yang harus diperhatikan.

Intinya, jadi seorang penyiar radio harus cerdas (SMART), berwawasan luas, pandai berkomunikasi dengan berbagai kalangan, dari kondektur sampai direktur, dari mantri sampai menteri, dari pak raden sampai presiden.

Kenapa memiliki wawasan penting buat seorang penyiar? Bagaimana caranya seorang penyiar bisa membuat siarannya hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton jika tidak memiliki wawasan soal kosa kata, soal musik, soal berita dan perkembangan terkini, dan masalah-masalah lain yang menjadi perhatian publik. Dengan memiliki wawasan kosa kata saja seorang penyiar akan dengan lugas berkata-kata dan bertutur dengan varietas kata dan improvisasi yang sesuai.

Banyak baca, banyak mendengarkan radio lain yang sudah beken, banyak beriteraksi dengan orang-orang yang memiliki kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, dan mau menerima kritik dan masukan orang lain adalah modal awal memiliki wawasan luas.

Diperlukan beberapa pengetahuan atau trik yang lebih simpel dan praktis agar si penyiar bisa disenangi oleh pendengarnya dan bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga format dan program acara tersebut sesuai dengan segmen radio tersebut. Bagi sebagian orang, profesi yang satu ini dinilai sangat menyenangkan.

Inilah tips-tips yang bisa Anda gunakan untuk melatih diri Anda menjadi seorang penyiar handal dan komunikator yang ulung :

1. Latihan bicara dengan artikulasi yang jelas, tidak terbata-bata

Saat latihan siaran, anggap saja kamu sedang ngobrol dengan beberapa orang atau sedang pidato. Atau kalau mau sambil baca teks juga nggak apa-apa sih. Namun, yang terpenting adalah pastikan setiap kata yang kamu ucapkan itu terdengar jelas. Jangan kayak orang “berkumur”. Trus, jangan bicara terlalu cepat atau terlalu lambat.

Best voice requires experimentation. Seorang penyiar radio profesional harus menemukan suara terbaiknya dan ini butuh eksperimen. Jika Anda punya pilihan mikrofon, cobalah satu per satu untuk menemukan mic paling sesuai bagi Anda. Beberapa mic dibuat untuk mendorong tinggi-rendah suara Anda, dan Anda bisa menyelaraskannya sesuai dengan kebutuhan Anda. Mintalah bantuan teknisi untuk hal ini.

Cobalah dengan merekam suara Anda dalam sikap tubuh yang berbeda, kedekatan yang berbeda dengan mic, dan tingkat proyeksi (pengerasan) yang berbeda. Dengarkan hasil rekamannya atau suruh orang lain untuk menilai.

Belajar untuk lancar berbicara dan tidak terbata-bata di dalam mengucapkan kata kata. di dalam dunia radio yang dijual oleh media tersebut adalah suara dan gaya bicara seorang penyiar untuk lancar dalam berbicara dan mempunyai gaya bicara serta intonasi yang baik.

2. Terapkan hal-hal yang kamu latih dalam keseharian

Biasakanlah berkomunikasi dengan jelas! Misalnya, dengan melafalkan kata-kata dengan benar dan mengontrol kecepatan berbicara.

3. Biasakan menggunakan bahasa yang formal

Karena radio adalah media publik, dimana pendengar meliputi berbagai latar belakang, kemampuan untuk berbahasa formal adalah sangat penting.

4. Latihan menyampaikan teks ala penyiar

Coba baca koran atau majalah dengan gaya berbicara seperti penyiar atau pembawa berita. Sesuaikanlah gaya penyampaiannya dengan teks yang dibaca. Misal kalau lagi baca berita serius, pembawaan kamu juga harus seperti pembawa berita yang serius. Kalau lagi baca artikel santai, pembawaan kamu harus rileks/santai, misal sambil tersenyum supaya intonasi kamu ikut terdengar rileks.

5. Perhatikan cara penyiar yang sudah profesional

Cobalah dengarkan radio-radio lain, perhatikan bagaimana gayanya bersiaran. Kamu bisa menirunya, lalu melakukan improvisasi.

6. Belajar menyusun kata-kata dengan baik

Biasakan sebelum kamu mau ngomong, di kepalamu sudah ada kata-kata yang mau kamu omongkan. Paling gampang adalah dengan menyusun script dulu. Di sinilah pentingnya kamu harus kreatif dalam menyusun script. Nanti lama-lama, akan terbiasa di luar kepala.

Kata dan kalimat merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh seorang penyiar, karena hal tersebut merupakan kunci utama membawa berhasil dan tidaknya seorang penyiar di dalam membawakan salah satu mata acara di radio tersebut. Seorang penyiar harus bisa merangkai kalimat dengan baik dan MENARIK.

7. Visualisasi dan Imajinasi

Semua orang bisa menjadi penyiar karena pada dasarnya semua orang bisa ngobrol dengan orang lain. Siaran itu ngobrol dengan pendengar. Hanya saja, berbeda dengan obrolan biasa, mengobrol di studio dengan pendengar itu tanpa melihat langsung kawan bicara.

Pendengar radio tidak ada di depan mata, namun penyiar harus mampu berimajinasi, memvisualkan, seakan-akan pendengar itu ada di depannya, dekat, tidak jauh, dan sendiri pula!

Membentuk “mental image” tentang pendengar Anda sangat penting untuk siaran terbaik. Bayangkan ragam pendengar dan lihatlah bagaimana “mental image” ini mempengaruhi penyampaian Anda.

Berbicara kepada benda mati bukan saja tidak membangkitkan semangat (uninspiring), tapi juga tidak realistis. Karenanya, saat siaran, bayangkan Anda sedang berbicara pada seorang teman, atau sekelompok kecil orang.

Membayangkan adanya seorang pendengar di depan Anda, akan membantu Anda berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way) yang santai dan rileks.

8. Terus tambah Wawasan dan Pengetahuan

Penyiar radio harus berwawasan agar siarannya hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton. Kosakata, varietas kata, improvisasi, hanya bisa dilakukan oleh penyiar yang berwawasan luas.

Karena itu, banyak baca koran/majalah/buku, jadilah orang yang haus pengetahuan! Dijamin, jika Anda berwawasan luas, takkan kehabisan kata-kata untuk berbicara.

9. Sense of Music

Penyiar radio harus memiliki sense of music yang tinggi, karena tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi mesti paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya.

10. Sense of Humor

Penyiar radio juga harus humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio dituntut mampu menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan (entertaintment).

11. Komunikasi yang efektif dan efisien sesuai target pendengar

Seorang penyiar radio juga harus tahu dengan siapa dia berbicara. Jika ia sedang menjadi penyiar dalam sebuah acara dengan segmentasinya adalah ibu-ibu rumah tangga, maka ia juga harus paham betul tentang tingkatan bahasa pendengarnya, mengerti keinginan dari pendengarnya, mengerti kelas sosial pendengarnya, dan mampu memahami latar belakang maupun norma yang dipegang oleh mayoritas pendengar.

12. Terus meningkatkan kualitas diri dan siap menerima tantangan

Selain mengelola acara yang menjadi tanggung jawabnya, seorang penyiar zaman sekarang harus sanggup dan mampu untuk mengoperasikan alat siarannya dengan baik, dapat membuat script siaran dengan baik dan siap memberikan value lebih untuk tugas – tugas lain yang nanti akan diberikan kepadanya. Tugas – tugas lain seorang penyiar radio biasanya adalah memproduksi iklan radio, menjadi MC (Master of Ceremony) dan lain lain.

13. Showman Ship

Seorang penyiar harus berpikir bahwa on air bukan hanya sebuah tugas, menjalankan perkerjaan atau melakukan hobi. Yang dilakukan penyiar adalah sebuah SHOW. Jadi, seorang penyiar harus memaksimalkan kemampuannya untuk menjadi ENTERTAINER SEJATI.

14. Personal (berbicara kepada satu orang)

Anggap ribuan, ratusan atau jutaan pendengar yang mendengarkan, tetapi yang perlu diingat bahwa ANGGAP SAJA MEREKA HANYA SATU. Contoh : gunakan kata “kamu” atau “Anda” untuk menyapa pendengar, bukan “kamu-kamu”, “kamu semua”, “anda anda” atau “Anda semua”.

Dan di saat membaca sms atau whatsapp dari pendengar, usahakan menyebut nama mereka. Contoh “Terimakasih Ibu Berta atas kiriman smsnya”, “Apa kabar Pak Bejo? senang sekali pagi ini kita bisa bertemu di udara”. Bukan dengan mengatakan : “Terimakasih buat Rudi”, “Apa Kabar Buat Harry”, kesan personalnya kurang!

15. Tentukan pilihan kata yang tepat (Diksi)
Di radio, Anda hanya punya satu kesempatan untuk membuat pendengar Anda mengerti yang Anda kemukakan.

Di media cetak, pembaca akan mengulang bacaan pada bagian yang mereka tidak pahami. Di televisi, ada bantuan visual untuk memperjelas berita. Tapi di radio, yang dimiliki pendengar hanya suara Anda. Karena itu, saat menyampaikan sebuah informasi, putuskan kata-kata mana yang menjadi kata kunci (keywords) dan garis bawahi. Tiap-tiap kata memiliki nilai berbeda. Putuskan apa yang akan Anda tekankan, di mana lagu kalimat (inflection) Anda akan menaik dan menurun, dan di mana Anda akan bernafas. Biasanya, infleksi menaik kalau akan bersambung dan menurun jika akan berhenti.

16. Rileks (Tidak tegang)

Penyiar adalah “pemain sandiwara” (performer) dan menghadapi tantangan yang sama dengan penyanyi atau aktor. Begitu di atas pentas, di depan kamera, atau di belakang microphone, Anda tidak akan dapat memberikan penampilan terbaik, kecuali jika Anda santai (relax) dan menguasai keadaan.

Tenggorokan tercekik (tight throat), leher tegang, dan pundak yang kaku, akan membuat Anda tidak dapat mengeluarkan suara terbaik.

Bagaimana biar rileks? Bukan dengan mengatakan pada diri Anda, “Relax, fool, relax!” Relaksasi bukanlah soal psikologis, tapi soal fisik. Ia tidak dimulai di otak, tapi di badan. Relaksasi diperoleh melalui sebuah proses fisik berupa peregangan dan pernafasan. Jika tubuh Anda rileks, emosi Anda akan mengikuti.

Mulut Anda kering, jantung berdebar, dan lutut bergetar. Anda pun panik! Ya, Anda gugup (nervous)!!!.

Lantas harus bagaimana?

  • Tarik nafas yang dalam – penuhi tubuh Anda dengan oksigen. Ini akan membantu otak Anda bekerja.
  • Gerakan badan Anda (bluff). Berdiri tegak, layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap. Lalu tersenyumlah! Meskipun Anda tidak merasa bahagia atau percaya diri, lakukanlah. Anda akan tampak percaya diri dan tubuh Anda akan “mengelabui” otak Anda untuk berpikir bahwa ini adalah percaya diri. Bluff – body and smile
  • Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap basah. Siapkan selalu air mineral, jangan sampai mulut dan tenggorokan Anda kering.
  • Lancarkan aliran darah dengan memijat dahi.
  • Pastikan Anda sudah siap. Siapkan bahan pembicaraan, pahami tema atau naskah.

17. Mengatur napas

Mati lemas atau kekurangan napas (suffocation) adalah penyebab kematian nomor satu di kalangan penyiar. Banyak penyiar biasa terus menahan napas selama bertutur. Napas megap-megap tidak akan menghasilkan siaran yang bagus.

Bernapas secara tepat adalah dasar siaran radio atau keterampilan utama penyiar radio profesional. Naskah siaran harus memberi kesempatan untuk bernapas.

Ketika Anda membaca naskah, buatlah tanda di mana Anda akan mengambil nafas. Ikuti instruksi Anda sendiri dan bernafaslah saat Anda melihat tanda itu.

Sikap badan yang baik dan dukungan dari diafragma Anda, akan membuat tiap napas bekerja lebih lama bagi Anda. Anda bisa latih hal itu dengan cara meratakan jari tangan dan tekan diafragma (rongga antara dana dan perut). Ketika Anda mulai dengan suara rendah, tekan diafragma Anda dengan tangan. Teknik ini akan memberi Anda kekuatan ekstra.

Jauhkan mulut Anda dari microphone saat menarik nafas. Jangan sampai tarikan nafas Anda terdengar di radio.

18. Punya rasa percaya diri

Seorang penyiar harus mempunyai rasa percaya diri yang cukup tinggi untuk berbicara di depan microphone dan membawakan salah satu program acara di radio tersebut.

 

Menjadi penyiar tidak cukup dengan modal bisa ngomong saja. Banyak yg perlu di pelajari dan dipahami dari sistematika penyajian siaran.

Harus disadari bahwa penyiar adalah seorang komunikator dalam proses komunikasi, karena memiliki tugas sebagai pengirim pesan kepada publik. Menjadi penyiar yang baik dan profesional tidak bisa diperoleh begitu saja, tetapi harus melalui proses pembelajaran panjang yang harus dilalui dengan serius agar dapat memahami dan melaksanakan profesi tersebut dengan optimal.

Oleh karena itu jangan bosan untuk terus mengembangkan diri dan belajar tanpa terbatas oleh ruang, waktu dan situasi serta kondis. Cara paling mudah, yaitu bertekad dan bersikaplah selalu sebagai seorang penyiar profesional dan bukan karyawan yang hanya puas dengan gaji yang terima setiap bulannya. Seorang penyiar professional harus ahli dibidangnya, tahu aturan main yang terkait dengan profesinya dan ujungnya layak dibayar mahal.

Seorang penyiar profesional tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dicapai dan di dapatkannya saat ini. Dia akan selalu membuka diri untuk terus belajar dari siapapun dan dari sumber manapun, termasuk pendengar. Hampir semuapenyiar/anchor/presenter profesional, seperti Larry King sekalipun banyak belajar dari masukan masyarakat.

Masukan dari masyarakat bisa berupa koreksi, cemooh atau makian, bahkan pujian yang akan mengajarkan kita menjadi penyiar yang baik. Selain itu untuk menjadi penyiar profesional jangan pernah bosan untuk mempelajari apapun dan jangan alergi terhadap bidang apapun. Berusahalah untuk menguasai banyak hal seperti bidang politik, ekonomi, hukum, dan lain-lain. Kuncinya “Yang penting banyak tahunya, meskipun tidak mengetahui terlalu mendalam satu bidang tertentu layaknya seorang pakar”.

Sumber : dari berbagai sumber

 

810 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: