Pentingnya mengenal elektronika dan soundsystem sejak dini

Pernah mengalami lampu di Kamar rumah Anda mati ? apa yang menjadi kemungkinan masalahnya ?

1. Saklarnya rusak

2. Kabel menuju saklar putus dimakan tikus x_x

3. Kabel di atap rumah tempat percabangan putus dimakan tikus x_x

Itu ajakah kemungkinannya ? Kenapa tidak berpikir kalau lampunya yang rusak ? Haiah… terlalu berpikir lebay deh x_x

Ya maksud saya memberi contoh tersebut adalah untuk berpikir tentang adanya beberapa kemungkinan, dengan demikian kita bisa menentukan mana yang harus diperiksa terlebih dahulu untuk segera mendapatkan jawaban.

Cara termudah untuk diperiksa pertama kali adalah dengan mengganti lampu tersebut. Baru setelah itu coba tes dengan test pen apakah kabel yang menuju dan meninggalkan skalar ada aliran listrik. Dst. Dimulai dengan cara yang paling gampang dulu baru cara yang susah dilakukan.

Hal ini juga bisa dianalogikan dengan seorang dokter yang memeriksa seorang pasien. Dimulai dengan anamnesa (wawancara dengan pasien), lalu pemeriksaan umum (general examination) untuk menentukan diagnosa sementara, setelah itu baru dilakukan pemeriksaan penunjang jika dirasa masih belum kuat diagnosanya.

Masalah –> Pemeriksaan –> Analisa –> Diagnosa –> Terapi

Kalau dari pemeriksaan aja salah, maka diagnosa dan terapinya juga akan salah.

Waktu kecil kelas 4 SD saya membuat sebuah pemancar FM 5 Watt. Entah sudah berapa kali saya bikin tapi tidak berhasil.

Saya membuat pemancar itu dengan memasang komponennya semuanya, baru dicoba. Dan hasilnya : jelek sekali pancarannya! huh!

Setelah saya diberitahu oleh seorang teman bahwa kita bisa membuat lingkaran tembaga yang kedua ujungnya dihubungkan dengan LED, maka kita bisa mengetes bagian tingkat mana yang bermasalah.

Dari situlah saya mulai terlatih untuk berpikir secara analitik.

Salah satu aspek kognitif dalam taksonomi Bloom yang menempati urutan keempat setelah pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi adalah aspek analisis. Kemampuan berpikir analisis merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir analitis ini tidak mungkin dicapai siswa apabila siswa tersebut tidak menguasi aspek-aspek kognitif sebelumnya. Menurut Sudjana, analisis merupakan tipe hasil yang kompleks karena memanfaatkan unsur pengetahuan, pemahaman dan apalikasi.

Jadi untuk bisa berpikir secara analitik, Anda harus tahu, paham dan mengaplikasikannya.

Nah, cara mudah untuk melatih berpikir analitik sejak dini adalah dengan mengajari anak elektronika dan soundsystem.

What ? elektronika ? kan susah ? soundsystem apalagi ?

Ya saya cuma menyarankan berdasar pengalaman saya aja sih. Waktu kecil saya, kakak-kakak saya bisa elektronika semua, jadi ketika saya melihat kakak saya sedang merakit komponen di PCB, saya mulai bertanya-tanya bagaimana cara membaca komponen-komponen itu. Tapi kan sekarang juga sudah ada beberapa kursus elektronika untuk anak kecil, masih jarang sih.

Kalau soundsystem ? Saya mulai mengenal saat kelas 1 SMP. Saya bolak balik bikin mixer tapi ga berhasil. Ketika menggabungkan musik dengan mic, hasilnya ketika musik dibesarkan, micnya jadi kecil. x_x

Tapi akhirnya saya tahu bagaimana cara membuat audio mixer. Termasuk menggabungkan beberapa alat musik dan mic untuk dikeluarkan ke sebuah amplifier berwatt besar.

Hal ini juga bisa dianalogikan dengan bidang pekerjaan apapun. Seperti nalar berpikir tentang koneksi internet, network internet, trouble shooting web dll.

Ya itu sedikit pengalaman saya. Bagaimana menurut pengalaman Anda ? Silahkan berbagi komentar di sini.

14811 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: