Menjadi ayah yang baik

Banyak laki-laki bisa “bikin” anak tetapi tidak siap untuk menjadi seorang ayah yang baik dan bijaksana. Dan sayangnya lagi, sangat jarang dijumpai sekolah khusus yang mendidik laki-laki untuk menjadi seorang ayah, kecuali seminar atau workshop seperti Komunitas Ayah EDY. Dan itupun tergantung dari kemauan laki-laki sendiri sih.

Setiap ayah yang baik akan berjuang untuk tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan/bisnis, dirinya sendiri dan keluarga. Selain harus selalu intim dengan istri, seorang ayah harus tetap menjaga keintiman dengan anaknya juga.

Bagaimana caranya ?

1. Sediakan waktu khusus untuk anak

Waktu dan perhatian Anda adalah hadiah PALING INDAH bagi seorang anak. Anda bisa saja membelikan mereka mainan terkini, baju paling mahal, atau gadget terbaru. Namun, tak ada yang bisa menggantikan waktu dan perhatian Anda khusus untuk mereka. Kadang, anak hanya butuh pelukan atau sekadar bertengger di pelukan ayahnya. Jadi, Anda harus menyediakan waktu khusus bagi anak-anak Anda.

Sudah menyediakan waktu untuk anak ? Oh sudah ? mungkin saja sudah… Tapi jangan sampai ketika bermain dengan anak-anak, Anda malah justru sibuk bermain Handphone… Hal ini akan dilihat oleh anak dan akan terpatri dihatinya  : “Ayahku kok ga perhatian sama aku ya… malah sibuk tertawa-tawa membaca BBM”. Jika memang menyediakan waktu untuk anak, taruh semua Handphone, leptop, atau apapun itu hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Ingat prioritas Anda : (1) Tuhan, (2) Keluarga, baru setelah itu adalah (3) Pekerjaan. Jangan pekerjaan yang malah menjadi nomer 1.

Ketika ada waktu untuk liburan, ambil itu untuk berlibur bersama anak-anak. Menginap di hotel, bermain bersama dll. Jangan malah liburan untuk terus bekerja mencari uang!!!

 

2. Bukan cuma kualitas, tapi juga kuantitas

“Saya kan sudah menyediakan waktu berkualitas untuk anak ? ya memang cuma sebentar, 30 menit saja”… Hal ini seringkali menjadi pembenaran bahwa seorang ayah sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya. Itu pikiran seorang laki-laki memang pakai logika. Padahal seorang anak ingin ditemani, diajarin, dibangun jiwanya, dibangun pemikirannya… dan ini tidak cukup hanya 30 menit.

 

3. Selalu jaga komunikasi yang intens

Mungkin Anda bekerja jauh dari keluarga, sering keluar kota karena tuntutan pekerjaan, tapi jangan jadikan hal ini menjadi penghalang untuk tidak selalu berkomunikasi dengan anak. Anda bisa menggunakan fitur FACETIME pada iphone yang memungkinkan komunikasi dengan bertatap muka (video). Dan ini bisa Anda lakukan dari mana saja selama ada jaringan. Setidaknya sehari 1 kali anda telfon untuk menanyakan keadaan mereka, menanyakan tentang pelajaran di sekolah, hingga memotivasi mereka untuk terus maju. Ini akan membuat Anda tetap menjadi FIGUR seorang AYAH yang dekat di hati mereka. Perhatian-perhatian seperti inilah yang akan tetap mereka kenang dan membuat jiwanya kuat di masa depan.

Tapi jangan sampai perhatian Anda itu kesannya OVER PROTECTIVE. Beri kepercayaan pada mereka. Biarkan mereka belajar MANDIRI.

 

4. Menjadi teladan, inspirator dan motivator

Ki Hadjar Dewantara meletakkan semboyan pendidikan : ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Dalam bahasa indonesia artinya : di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.

Hal ini diadopsi oleh seorang penulis buku di luar menjadi :

Be a Model

Be an Inspirator

Be a Motivator

Anak akan mencontoh perilaku orang dewasa yang dilihatnya, termasuk perilaku orang tuanya. Makanya penting untuk memberikan teladan melalui kebiasaan yang baik, misalnya dengan bangun pagi-pagi, olahraga teratur, disiplin, tepat waktu. Selanjutnya adalah selalu memberikan inspirasi yang positif untuk anak-anak serta mendorong mereka untuk terus maju. Ketika anak ingin mengikuti festival band tingkat pelajar, sebagai seorang ayah sebaiknya menemaninya… Ini akan menjadi semacam SEMANGAT bagi anak dan akan tetap dikenangnya terus sepanjang masa : “Aku memiliki seorang Ayah yang baik, mau menemaniku saat festival band, mau berkenalan dengan teman-temanku… I love you pa”.

Ketika seorang anak belajar mencuci piring lalu menjatuhkannya, jangan buru-buru memarahinya… Peluk dia dan katakan “tidak apa-apa sayang…. nanti papa belikan lagi piringnya. Yang penting adik tidak terluka”.

Saya masih ingat ketika waktu usia 7 tahun saya diam-diam mengaduk semen dengan pasir lalu menempelkannya pada lantai yang retak. Saya tidak dimarahi, padahal saya takut dimarahi, dan malah justru diberi pujian : “Duh, anak pintar… ayo lakukan sayang, tidak apa-apa”. Hal itulah yang menumbuhkan rasa percaya diri saya untuk tidak takut mencoba sesuatu.

 

5. Jelaskan pekerjaan Anda

Dengan bertambahnya usia, pemikiran dan pemahaman anak akan semakin berkembang. Anda harus menjelaskan secara perlahan-lahan tentang apa pekerjaan Anda, misalnya dengan mengajaknya ke kantor Anda untuk melihat situasi di sana. Sehingga ketika mereka ada di rumah dan anda di kantor, mereka akan tahu bahwa Anda sedang bekerja. Ini langkah penting untuk membuat mereka belajar independen secara emosional. Cara ini juga menunjukkan perhatian Anda betapa berharganya mereka dan meyakinkan bahwa Anda selalu ada untuk mereka.

Saya masih ingat ketika masih SD sering diajak ayah (alm) ke sekolah, kebetulan Ayah saya adalah seorang kepala sekolah SD. Saya bisa bermain-main di taman, diajak ngobrol oleh guru-guru dst. Saya masih ingat hampir semua kejadiaan kala itu, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan.

 

6. Nikmati peran Anda 🙂

Menjadi seorang ayah adalah tanggung jawab yang cukup besar dan bukan sesuatu yang mudah.

Nikmatilah peran ini, tunjukkan bahwa Anda sangat menikmatinya. Have FUN!

 

To all :
✓ Single men
✓ Married men
✓ A father
✓ Father-to-be…

Statistik membuktikan bahwa orang² yang kehilangan kasih sayang dari ayahnya akan tumbuh dengan kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri dan menjadi kriminal yang kejam.

Sekitar 70 % dari penghuni penjara dengan hukuman seumur hidup adalah orang² yang bertumbuh tanpa ayah.

Para ayah….

Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak² Anda.

Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan ”sisa-sisa” energi dan duduk menonton TV.

Peluk anak² Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral.

Dan Anda tidak akan menyesal……
karena anak² Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan dan persiapkan.

Ayah yang sukses bukanlah pria paling kaya atau paling tinggi jabatannya di perusahaan, sibuk dalam kegiatan sosial/ibadah atau di lembaga pemerintahan, tetapi seorang pria yang anak lakinya berkata:

“Aku mau menjadi seperti ayahku nanti”

atau anak perempuannya berkata:

“Aku mau punya seorang suami yang seperti ayahku”

27444 Total Views 1 Views Today

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: